5 Hal Soal Radiator Supaya Awet

Parwata - Jumat, 3 Februari 2017 | 12:57 WIB

(Parwata - )

Jakarta - Meski terlihat sederhana, ternyata masih banyak yang belum paham tentang radiator. Padahal, tanpa radiator, maka mesin bisa panas dan membuatnya rusak.

Sampai saat ini banyak yang mengira kurangnya volume air radiator berarti ada kebocoran. Padahal belum tentu, pasalnya selama mobil berjalan, maka radiator akan terus berkerja sehingga volume airnya bisa naik turun tergantung kondisi suhu mesin.

Serta masih banyak lagi yang perlu dipahami, intinya adalah rajin cek berkala. Berikut ini 5 hal soal radiator; * (Harryt/otomotifnet.com)

1. Volume Kurang Belum Tentu Bocor

Perlu diketahui, ketika tekanan atau temperatur mesin tinggi, maka di dalam radiator akan timbul tekanan tinggi. Nah, tekanan ini akan menekan per pada tutup radiator, sehingga kelebihan tekanan tersebut akan disalurkan ke reservoir. Alhasil, di dalam sistem radiator akan timbul vakum.

“Sebaliknya jika tekanan atau temperatur mesin turun, vakum tersebut akan menghisap air radiator kembali lagi. Jadi jangan panik saat volume air radiator berkurang ketika mesin berkerja. Batas aman volume air radiator adalah berada di tengah-tengah indikator Full dan Low,” ujar Dhaniar Nursertyo Harmono, Coordinator Technical Area Auto2000 Permata Hijau, Jakbar.

2. Jangan Pakai Air Keran

Air radiator tak hanya berfungsi sebagai pendingin, namun juga mencegah terjadinya karat pada saluran air radiator. Nah penggunaan air mineral ataupun air keran tentu berisiko tinggi, sebab kandungan zat besi yang tinggi bisa menyebabkabkan korosi.

“Tidak dianjurkan pakai air keran atau air mineral, sebaiknya pakai cairan khusus yakni radiator coolant,” terang Dhaniar.

3. Kuras Air Radiator

Berapa lama air radiator perlu dikuras. “Interval penggantian air radiator bisa dilihat pada manual book kendaraan. Tapi sebagai contoh untuk mobil Toyota Avanza dan Kijang Innova, tiap 160 ribu km pertama perlu kuras air radiator. Interval kedua adalah di 80 ribu km,” beber pria ramah ini.

4. Pilih Radiator Coolant

Radiator coolant sebaiknya pilih yang direkomendasikan oleh pabrikan. Pasalnya ketika temperatur panas, maka air radiator akan berkerja dan terjadi reaksi kimia. Jika air radiator tak sesuai, maka bisa timbul endapan-endapan yang memicu terjadinya penyumbatan sel-sel radiator, keropos dan getas.

“Misalnya saat ini dianjurkan pakai radiator coolant berjenis SLLC (Super Long Life Coolant), yang didalamnya terkandung ethylene glycol untuk mencegah karat dan mengoptimalkan pendinginan,” urai Dhaniar.

5. Tutup Radiator

Tutup radiator jangan dianggap sepele. Setelah menambahkan air radiator, pastikan tangki penampung radiator tertutup rapat, sehingga radiator coolant tidak keluar saat temperatur mesin sudah panas. “Lakukan pengecekkan sistem kerja radiator yang mencakup tutupnya, slang, reservoir dan sebagainya,” lanjutnya.