Punya Sokbreker Keren? Gak Guna Maksimal Kalau Gak Tau SAG Adjustment

Parwata - Selasa, 15 Agustus 2017 | 09:14 WIB

(Parwata - )

Jakarta - Sok yang bukan sok-sokan tapi maksudnya sokbreker, sejatinya bertugas menahan guncangan dari roda menuju bodi atau rangka.

Bagi pencinta modifikasi atau kecepatan, penggantian sok standar dengan aftermarket jadi satu pilihan yang menarik.

Kini sok aftermarket dari yang berharga terjangkau pun sudah banyak yang dilengkapi dengan setelan lengkap, seperti preload, compression, dan rebound.

Tapi tahu gak sih cara setingnya? Jangan-jangan cuma main asal puter tapi gak tau tujuannya nih! 

Nah sebelum menggunakan berbagai fitur tadi, ada baiknya mengerti teknik dasar yang harus diketahui, yang namanya SAG Adjustment.

Apa itu? Ini merupakan istilah yang menerangkan angka selisih turunnya jarak main suspensi saat sebelum dan sesudah dikasih beban pengendara. 

Beda jenis motor tentu beda patokan, sebagai contoh motor sport depan 25-30 mm dan belakang 20-22 mm.  

"Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu menghitung beban agar mendapatkan setingan suspensi yang maksimal,” ujar Vincentius Yongki, sebagai business development dari PT Madani Sentra Multi Jasa (MSMJ), sebagai importir resmi Ohlins di Indonesia.

Hal ini juga disetujui oleh Yohanes Martono, selaku engineering dari PT Showa Indonesia Manufacturing.

“SAG adalah salah satu item setting suspensi pada motor.  Berfungsi untuk kompensasi kondisi jalan yang bergelombang atau berlubang, supaya body motor selalu dalam level yang tetap walaupun melewati jalan bergelombang atau berlubang,” paparnya.

“Jika dibandingkan antara street bike dan road race bike, maka SAG street bike akan lebih besar, karena kondisi jalanan umum lebih bergelombang dibandingkan race track,” lanjut Yohanes.

gbr.1

Lantas bagaimana pengukurannya? Dicontohkan di Yamaha Mio J yang sudah pakai Ohlins.

“Pertama dengan cara memosisikan motor standar tengah roda mengambang (gbr.1), hitung jarak panjang menggunakan meteran, bisa ditandai dengan spidol di behel atau bodi dan as roda (gbr.2)," rinci Yongki.

gbr. 2

Jika sudah didapat angkanya, selanjutnya motor dinaiki oleh pengendara dengan kedua kakinya harus naik tidak boleh menahan (gbr.3).

gbr. 3

"Sebelum dinaiki jaraknya 400 mm, setelah dinaiki pengendara jadi 370 mm (gbr.4), berarti ada selisih 30 mm, ini cukup karena idealnya turun 25-30 mm atau 1/3 dari as,” tunjuk pria berkacamata ini.

gbr. 4

Cara lain bisa menggunakan insulok (cable ties) diikat di as sok untuk melihat seberapa jauh sok bermain (gbr.5).

“Biasanya ini banyak dipakai di motor balap. Kalau sudah ketemu setingannya, maka preload sudah tidak perlu diotak-atik," lanjut pria ramah ini.

gbr. 5

Kalau seandainya setelah preload sudah paling habis (gbr.6), sedangkan masih amblas lebih dari 30 mm bagaimana?

"Itu berarti spring atau pernya terlalu empuk, harus ganti per yang lebih keras, begitu pun sebaliknya," tutup Yongki yang berkantor di bilangan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.

gbr. 6

Nah sekarang jadi tahu kan? (Fariz/Otomotifnet.com)

Showa Indonesia Manufacturing: 021-8934855
Ohlins Indonesia: 021-3161606