Kalau di koil tipe CDI, output tenaga listrik yang keluar dari CDI dilipatgandakan lagi oleh koil.
Misalnya, dari output listrik sekitar 200 volt, maka oleh koil dilipatgandakan menjadi 20.000 volt.
"Berbeda dengan koil tipe injeksi, selain dari koil, proses untuk membuat percikan api lebih besar juga tergantung dari voltase aki," imbuh Freddy A. Gautama dari Ultraspeed Racing.
Pada koil injeksi, arus yang keluar juga dikontrol oleh ECU.
Jadi, ECU hanya memberikan signal ke koil kapan harus meletik atau tidak berdasar input yang diterima dari sensor.
Jadi, besarnya api bukan tergantung dari CDI.
(BACA JUGA: Tren Pelek Tahun Ini, Indikasi Dari Tokyo Auto Salon 2018)
Selain itu, perbedaan lainnya bisa dilihat dari tampak luarnya.
Tampak luar koil injeksi memiliki 2 soket di belakang koil, meliputi (+/-).
"Sedangkan koil tipe karburator hanya punya 1 soket," pungkas Ribut Whayudi.
Soket negatif di koil injeksi terhubung ke ECU dan berfungsi untuk mengatur kapan api harus memercik.