Otomotifnet.com - Masih terbersit di ingatan kala Moto2 Malaysia di sirkuit Sepang 2012 silam.
Sirkuit basah total disertai hujan yang cukup deras.
Balapan cukup kacau karena banyak kecelakaan yang mewarnai sepanjang balapan.
Namun ada satu pembalap yang cukup cepat dan sangat paham dengan karakter sirkuit Sepang yang basah, dia adalah Hafizh Syahrin.
Pembalap asli Malaysia yang kedua kalinya menjajal kancah dunia sebagai wildcard di kelas menengah saat itu.
Memulai start dari grid ke-27, hanya butuh waktu 4 lap bagi Hafizh untuk mengalahkan Marc Marquez dalam adu cepat untuk memperebutkan posisi ke-5.
Padahal, notabenenya Marquez adalah juara dunia Moto2 2012 kala itu.
Gemuruh dukungan masyarakat Malaysia makin kencang kala ia berhasil berada di posisi 1 pada lap ke-9.
Ia terus memaksa untuk tetap memimpin jalannya balapan, namun abrasi ban dan kalah stamina membuatnya harus puas finish di posisi 4.
“Hafizh!.. Hafizh!.. Hafizh!..” demikian sorakan antusias dari pada pendukung Malaysia di berbagai tribun sirkuit Sepang kepada pembalap kelahiran Selangor, Malaysia tersebut.
Ia gagal menempati tiga besar, namun sudah mencuri perhatian masyarakat dunia sebagai pembalap Asia Tenggara yang mencengangkan.
Keberuntungan berlanjut, Hafizh berhak meraih posisi ketiga Moto2 Sepang 2012 karena Anthony West diberikan sanksi dan melepaskan posisi ketiganya itu.
Atas prestasinya tersebut, Hafizh makin sering berstatus wildcard di 2013.
Untuk pertama kalinya Hafizh menggunakan sasis Kalex, sasis yang paling kompetitif untuk Moto2.
DICIBIR, UNJUK PERKEMBANGAN KONSISTEN
Pada 2014 menjadi musim pertama pembalap 24 tahun ini berkompetisi secara regular.
Ia kerap meraih point dan menyelesaikan musim dengan mendulang 42 point di peringkat 19 klasemen akhir.
Seiring perjalanan balap, perkembangannya makin signifikan.
Ia makin sering finish di 10 besar, bahkan beberapa kali ada di 5 besar.
Puncak kesuksesannya adalah pada 2017, untuk pertama kalinya ia meraih podium 2 di sirkuit Misano, Italia.
Lalu 2 ronde kemudian ia kembali meraih podium ketiga di Motegi, Jepang.
Kesuksesan ini yang membuat tim-tim di MotoGP mulai meliriknya untuk berkiprah di kelas tertinggi.
Namun masih belum ada slot yang pasti bagi Hafizh, hingga akhirnya Jonas Folger yang kala itu masih bersama Monster Yamaha Tech3 mengundurkan diri.
Folger mundur karena ingin fokus pada penyembuhan penyakitnya, hingga akhirnya Herve Poncharal, Pimpinan Tim Monster Yamaha Tech3 memberikan sebuah ‘kode’.
“Saya belum bisa memberikan kepastian nama pengganti untuk Folger. Tapi yang jelas akan ada pembalap Asia di pit kami,” katanya.
Pembalap Asia di Moto2 2017 hanya ada Takaaki Nakagami, Hafizh Syahrin, Tetsuta Nagashima dan Khairul Idham Pawi.
Nakagami sudah direkrut LCR Honda Idemitsu, sedangkan Pawi dan Nagashima masih belum maksimal di Moto2.
Nama Syahrin pun muncul untuk membongkar ‘kode’ dari Poncharal tersebut.
Benar saja, tim Perancis itu resmi mengajak Hafizh Syahrin untuk bergabung ke MotoGP di tahun ini.
“Saya sangat senang bisa bergabung dengan tim yang besar, Monster Yamaha Tech3 yang memberikan kepercayaan untuk saya."
"Semoga di tahun pertama ini saya bisa memberikan yang terbaik dan beradaptasi dengan cepat,” kata Hafizh.
Ia menjadi pembalap Asia Tenggara pertama dalam sejarah yang berkompetisi secara reguler di MotoGP.
Banyak yang mencibirnya? Jelas saja ada.
Namun itu dibantahkan dengan prestasinya yang konsisten meraih point dalam 7 ronde MotoGP yang sudah berlangsung.
Ia kini bersaing dalam memperebutkan titel ‘Rookie of The Year’ bersama Franco Morbidelli.
Karena pencapaiannya yang konsisten sejauh ini, Hafizh masih dipercaya untuk berkompetisi di MotoGP tahun 2019 bersama Tech3 KTM.
“Meski beda mesin, saya yakin kebersamaan dengan orang-orang di Tech3 bisa membuat saya kembali beradaptasi dengan cepat,” tutur Hafizh.
Malaysia sudah melangkah jauh, Indonesia harusnya segera berbenah. (DAB/Otomotifnet.com)
PERNAH BELAJAR DI INDONESIA
Sebelum berkiprah di kancah dunia, prestasi Hafizh Syahrin di kancah Asia dan Eropa tidak terlalu mentereng.
Dalam Kejurnas di Malaysia saja, Hafizh hanya punya 1 gelar di kelas underbone 130 cc ‘Cub Prix’.
Tidak ingin terlalu lama bergelut dengan motor bebek, ia memutuskan untuk segera berkompetisi di Supersport 600 (SS600) Asia Road Racing Championship (ARRC) pada 2010.
Di tahun yang sama pula ia sempat menjajal kompetisi di Indonesia pada kelas yang serupa.
Ia ingin beradaptasi cepat dengan motor 4 silinder dan mencoba sirkuit Sentul sebagai salah satu lahan belajarnya.
Hasilnya?
Ia finish di peringkat 12 klasemen akhir (SS600) dan peringkat 4 di klasemen akhir SS600 2011.
Atas perkembangannya, ia pun mendapatkan kepercayaan untuk berkompetisi di CEV Moto2 pada 2012.
Ini pertama kalinya ia menjajal motor prototipe Moto2 dan merasakan kerasnya persaingan di Eropa. (DAB/Otomotifnet.com)