Otomotifnet.com – Akibat terlalu banyak sering main ke sirkuit, hasilnya bisa benar-benar terjerumus ikut kompetisi.
Seperti kisah Muhammad Ichan pada 2014 silam.
Berawal sejak 2012 dirinya sering mengikuti ajang track day di sirkuit tersebut.
Sampai akhirnya memberanikan diri membangun mobil balap.
Baca Juga: Honda CRZ Hybrid, Mesin Dijejali Turbo, Sepatbor Ikutan Dirobek
Setiap ada gelaran balap turing di sirkuit tersebut, dirinya pasti terlibat.
"Saya mulai serius menyiapkan mobil sejak sering ikut track day di Sentul. Setiap ikut waktu semakin bagus,”
“Akhirnya memberanikan diri ikut di balap resmi," cerita Ichsan.
Bermodal Honda Genio keluaran 1995, diputuskan mencoba keahliannya melawan para senior di kelas Super Turing divisi II saat itu.
Ketika itu, Ichsan mempercayakan ke bengkel R Speed di bawah komandan Heron serta Toto.
Modalnya jelas tak cukup hanya doa saja, tapi persiapan yang sangat mumpuni.
Awal keikutsertaannya menggunakan mesin kawinan, antara B20 dan atasnya pakai B18.
Akhir musim kompetisi 2013, mesin upgrade. Salah satu caranya blok bawah tetap pakai B20, namun aftermarket keluaran S90.
Keunggulannya, desain blok lebih tebal sehingga lebih kuat. Serta mampu menampung piston dengan maksimal diameter 87 mm, sedangkan B20 standar hanya 84 mm.
Berbeda dibanding blok bawah, isi kepala silinder dipilih dari satu merek, yaitu Toda.
Mulai camshaft, per klep, klep, serta cam gear.
Menurut tuner yang banyak menangani mobil balap (reli, drag race, slalom, dan turing), sudah sejak lama dirinya jika meracik mesin Honda menggunakan keluaran Toda.
Sementara itu, untuk suspensi dipilih keluaran K'Sport untuk Honda dengan kode DC2, padahal Honda Genio memiliki kode bodi EG.
Menurut pembalap tim Nusantara Speed Racing tersebut, hal ini karena perangkat mesin juga diambil dari DC2, bukan EG.
Sehingga, secara spesifikasi suspensi disesuaikan dengan mesin.
Asumsinya, dengan kesesuaian tersebut, maka kinerja suspensi coilover tersebut tak terlalu berat.