Otomotifnet.com - Mulai Maret 2021, pemerintah akan menerapkan insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor.
Menanggapi hal itu, Riyanto, Senior Researcher Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengatakan, bahwa kebijakan tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor otomotif.
"Dengan adanya insentif PPnBM ini kami perkirakan demand (permintaan) mobil bisa naik sekitar 15 persen. Apalagi menjelang lebaran permintaan tinggi," kata Riyanto dalam konferensi pers yang digelar secara virtual belum lama ini.
"Mengingat penjualan mobil di 2020 turun drastis, dari 1 jutaan unit menjadi 500 ribuan unit, memang lesu," sambungnya.
Baca Juga: Relaksasi PPnBM Hanya Untuk Mobil VIN 2021, Dealer Bakal Kasih Diskon Juga?
Riyanto meyakini, dengan adanya insentif PPnBM akan menggairahkan perekonomian di Tanah Air dan menimbulkan dampak yang luas bagi sektor otomotif.
"Jadi ini cukup mendorong aktivitas sektor otomotif, maka dari sisi manufacturing bisa disiapkan. Entah itu dari sektor pemasok bahan baku, industri komponen, dan juga termasuk jasa penunjangnya," ucapnya.
"Sehingga semua yang melakukan SPK (Surat Pemesanan Kendaraan) di bulan Maret sampai Mei 2021 bisa dipenuhi permintaannya," terangnya lagi.
Riyanto menambahkan, insentif ini memang dinanti oleh konsumen sejak tahun lalu, sehingga nanti diharapkan pada saat kebijakan ini diterapkan, bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat.
Baca Juga: Insentif PPnBM Mobil Baru Tuai Pro Kontra, KPBB Sebut Tak Akan Efektif