Cerita Dealer Honda Tentang Penjualan Selama Pandemi, Megatama Group Lakukan Langkah Ini

Toncil - Kamis, 10 Juni 2021 | 20:45 WIB

Ilustrasi showroom Megatama Mandiri Group (Toncil - )

Otomotifnet.comMegatama Mandiri Group (MTM Group) sebagai grup dealer mobil Honda cepat bergerak ketika awal pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu.

Supaya 4 dealer yang berada dalam naungannya dapat tetap beraktivitas walau harus beradaptasi.

Ketika awal dihantam pandemi, Honda Megatama hanya bisa menjual sekitar 40 unit dalam satu bulan. Padahal biasanya sekitar 350-400 unit.

Penjualan turun sebesar 45% dan servis turun 15%.

Baca Juga: Honda City Hatchback RS Bisa Hidupkan Mesin dan AC Dari Jauh, Ini Caranya

Kemudian langkah-langkah diambil supaya dealer-dealer bisa tetap beraktivitas.

Bahkan masih diterapkan sampai saat ini. Dan mampu mendongkrak penjualan lagi.

Langkah awalnya langsung mengurus izin dispensasi dari kementrian perindustrian.

“Supaya dealer kita bisa tetap beraktivitas dan beroperasi walau dengan keterbatasan,”

 

“Pengurusan selesai hanya dalam 1 minggu dan kita tetap beroperasi meskipun dengan segala bentuk penyesuaian,” ucap Hendra Aristyo, Direktur Megatama Mandiri Group.

Setelah itu, menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat.

Baca Juga: Keren, Honda Megatama Kembangkan Aplikasi Untuk Servis

“Mobil konsumen yang masuk dan keluar kita semprot disinfektan terlebih dahulu,”

“Selain supaya konsumen merasa aman dan nyaman, juga untuk kepentingan karyawan kita sendiri. Karena kita tidak tahu kondisi konsumen sebenarnya,” tambah salah satu pemilik Honda S600 tersebut.

Megamata Mandiri (MTM) Group
Kabin disemprot desinfektan

Dengan penerapan tersebut, konsumen mulai bertambah. Walau diakui juga seiring longgarnya aturan pemerintah tentang kegiatan masyarakat.

Kegiatan selanjutnya yang diterapkan dan masih berlaku sampai saat ini adalah memperbanyak akvitas online dan sosial media.

Baca Juga: Honda Siap Kembangkan Kendaraan Otonom, Tak Ada Setir Sampai Pedal, Diuji Tahun Ini

Konsumen benar-benar diarahkan diarahkan secara online, baik untuk booking service dan juga penjualan mobil.

“Aktivitas secara online ini cukup membantu sehingga tetap ada pemasukkan,” jelas pemukim di seputaran PIK, Jakut ini.

Meski demikian diakui kalau penjualan yang benar-benar online, dari awal sampai akhir, hanya sekitar 1-2 unit saja. Masih lebih banyak kombinasi online dan offline.