Maka dari itu Suzuki S-Presso dinilai cocok, karena memang telah dirancang dengan menurunkan DNA SUV lewat bahasa desainnya.
"Karena grand strategy kami sampai 2025 itu DNA SUV harus lengkap di masing-masing segmen, jadi kami akan mati-matian mempertahankan (S-Presso)," tutur Harold.
Lantas, kenapa memilih impor dari India ketimbang memproduksi secara lokal ataupun mengimpor langsung dari Jepang?
"Mother plan (basis produksinya). Indonesia, India dan Jepang kan tiga mother plan terbesar (Suzuki) untuk pasar Asia," papar Harold lagi.
"Artinya dengan hubungan yang baik secara bilateral, terus juga skema pajak antara Indonesia dan India sepertinya bukan menjadi masalah," imbuhnya.
Enggak cuma itu, Harold juga membantah anggapan mobil yang diimpor utuh dari India memiliki kualitas kurang bagus.
"Bahwa standarisasi mobil Suzuki yang ada di global itu kurang lebih sama," ungkapnya.
Ia pun tidak menutup kemungkinan, untuk ke depannya Suzuki S-Presso bisa dikembangkan dan diproduksi secara lokal di Indonesia.
Bahkan studi untuk memproduksi secara lokal ini, sudah dimulai sejak city car mungil tersebut resmi diluncurkan pada ajang GIIAS 2022 kemarin.
"Kami selalu menyuarakan ingin CKD (Completely Knock Down) atau produksi lokal," ujarnya.
"Karena apa? Bisa mengembangkan industri lokal, terus juga pengembangan sumber daya manusia, alih teknologi dan segala macamnya," kata Harold.
"Cuma memang kan ini akan ada corporate strategy yang diambil secara global, memang untuk jawaban yang global masih seperti itu (impor dari India). Tapi tetap kami akan terus berjuang," tandasnya.
Baca Juga: Suzuki S-Presso Busung Dada, Mesin 1.000 Cc-nya Taklukan Daihatsu Ayla