Sementara yang terbaru kata Diko ada kombinasi ruthenium dan iridium seperti di NGK MotoDX.
Untuk di bagian ground electrode, “Bukan cuma nickel doang, kita juga pernah punya nickel dan tembaga,” paparnya lagi.
Masih menurut Diko, NGK sangat menghindari pemakaian material silver atau perak.
Baca Juga: Pantes Banyak Dicari, Ini Yang Bikin Beda Busi NGK Dibanding Rivalnya
“Kami masih komit dengan material platinum dan iridium. Kita enggak mau kejar ke area silver,” tukasnya.
Karena, lanjutnya, silver memilik kelemahan dari segi durability.
“Silver ini punya melting point (titik lebur) dan boiling point (titik didih) yang rendah,” jelas Diko.
Efeknya bila digunakan pada busi, ketika terkena suhu tinggi di ruang bakar akan membuat material tersebut cepat tergerus.
“Tapi dari sisi lain, ia memang punya daya hantar listrik yang baik,” tambahnya.
Ia lantas balik nanya ke awak media, “Sekarang worth it enggak busi dengan pengapian bagus, tapi life timenya sebentar? Kayaknya kurang (diminati, red) kalau di Indonesia.”
Apalagi material silver ini dari segi cost kata Diko lebih mahal dibandingkan iridium maupun platinum.
Dengan kata lain konsumen mesti keluar kocek lebih untuk beli busi yang pakai material ini.
Baca Juga: Sering Disepelekan, Mesin Masih Panas Jangan Nekat Ganti Busi, Drat Korbannya
“Memang dengan jaminan pengapian bagus, tapi kalau umur pakainya pendek, worth it enggak? Kalau menurut gue sih enggak,” tukas Diko.
Makanya NGK tetap memilih menggunakan material iridium dan platinum karena daya tahannya jauh lebih tinggi, tapi kemampuan menghantarkan listriknya juga baik.