“Pertama adalah racing core, dimana teknologi ban racing yang biasa dipakai di track (balap), diadopsi ke ban jalan raya,” jelasnya.
Teknologi racing core tersebut yang disematkan antara lain ada dua, yakni ETEC System (Equal Tension Containment System), dimana dirancang untuk meningkatkan traksi saat melaju cepat.
“Jadi desain tapak ban ini dirancang konsisten atau tidak berubah saat nempel ke permukaan jalan, baik saat low speed maupun hi speed,” ungkap Rozi.
Teknologi kedua kata Rozi adalah G-Control, “Jadi dari titik yang nempel ke bibir pelek hingga ke bagian tengah ban direinforce dengan ketebalan karet yang lebih stiff atau lebih rigid.”
Baca Juga: Ban Usia 5 Tahun ke Atas Kedaluwarsa Atau Tidak? Ini Jawabannya
“Ini menjaga agar mobil tidak limbung atau mengayun saat mobil belok pada kecepatan tinggi,” tambahnya.
Berikutnya ban ini kata Rozi punya performa yang handal di jalan basah.
“Karena desain tapak atau kembangannya kami rancang memiliki kontak maksimum terhadap pemukaan jalan.”
“Selain itu alur atau got di antara kembangan ban dirancang sedemikian rupa dan agak lebar agar dapat maksimal membuang air, sehingga mengurangi efek aquaplaning,” ujarnya lagi.
Kemudian ia juga memiliki shoulder block yang lebih lebar dan solid dibanding produk sejenis dari brand lain.
Dimana efeknya dapat memberikan kestabilan saat menikung dengan kecepatan tinggi.
Lalu core terakhir, “Lateral Groove Damper-nya mampu meredam noise yang biasa terjadi pada ban-ban high performance. Sehingga dari dalam kabin terdengar lebih silence dibanding kompetitornya,” terang Rozi.
Oiya, ban BFGoodrich G-Force Phenom A/T tersedia dalam 26 pilihan ukuran, mulai dari ring 16 inci ke atas, dengan harga mulai Rp 1,5 juta.