Ban Vespa Millennium White Ribbon Series, Dibanderol Rp 700 Ribuan

Harryt MR - Minggu, 8 Oktober 2023 | 15:00 WIB

Ban motor skuter klasik Millennium Tires serinya V-Max 3.50-10 White Ribbon (Harryt MR - )

Otomotifnet.com - Nyemplak Vespa bakalan lebih gaya pakai ban Millennium White Ribbon Series, yang dirancang khusus untuk skuter klasik asal Italia itu.

Ban motor skuter klasik Millennium Tires serinya V-Max 3.50-10 White Ribbon, yakni melanjutkan series V-max sebelumnya yang tanpa white ribbon (All Black Series).

Tersedia berbagai ukuran, yaitu Scootmax untuk Vespa Matic berukuran 110/70-12, dan 120/70-12.

“Tahun depan (diluncurkan) 110/70-11 dan 110/70-10 dan juga V-Max Racer dengan soft dan super soft compound untuk pecinta rebahan aspal,” ujar Putri Halim, Marketing Director PT. Elangperdana Prima Niaga and Industri.

Lebih lanjut, pihaknya memandang pangsa pasar ban skuter klasik memang segmented. Justru hal itu menjadi peluang pasar yang besar.

“Masuk ke scooter classic, segmen niche lebih berpeluang besar. Kita enggak masuk di segmen skutik untuk varian ini. Tapi kita enggak melupakan segmen skutik umum,” lanjut Putri.

Skema pemasarannya, disampaikan oleh Putri, mengandalkan penjualan online melalui e-commerce.

“Pemasaran ada Tokopedia, Blibli dan Shopee, di official store Millennium Tires. Untuk penjualan offline nanti dipilih dulu, karena kita gak sembarang pilih distributor,”

“Untuk menghindari selisih harga yang terlalu mahal. Pernah kejadian harganya lebih dari Rp 700 ribuan,” beber Putri.

Dilanjut lini produksi ban berada di Jl. Elang Desa Sukahati, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jabar. Diklaim merupakan produk dalam negeri.

“Ban kami made in Indonesia. Untuk target pasar ban Millennium skuter klasik sebanyak 1.000 pcs per bulan,” imbuhnya lagi.

Baca Juga: Harga Mobil Hybrid Bakal Lebih Murah Kalau Ini Terjadi, Begini Kata Kemenperin

Secara bertahap pihaknya bakal menggenjot penjualan hingga 3.000 pcs per bulan. “Kalau sudah ok pasarnya, kita mau produksi 3000 per bulan. Kita juga mau ekspor,” sambung Putri.

Meski diproduksi di Citeureup, namun bahan baku masih didatangkan dari luar negeri. “Local content masih import, dari Australia, Rusia dan Kanada. Oleh karenanya harga masih tinggi,” tutur Putri.