Ini dijelaskan Arief Hidayat, CEO & Founder Wealthy Group beberapa waktu lalu.
"Sama saja, baik secara base oil maupun additive-nya. Yang membedakan adalah tingkat kekentalannya," kata Arief ditemui di bengkel Fas & Frugal di Jl. Raya Joglo, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Untuk mobil hybrid, lanjut pria bergelar Master di bidang industi otomotif ini, olinya tidak boleh pakai yang kental.
"Mobil hybrid butuh oli yang lebih encer. Biasanya depannya 0W, lalu atasnya paling tinggi 20W," paparnya.
Kenapa harus lebih encer? "Karena mesin pembakaran dalam pada mobil hybrid bekerjanya silih berganti dengan motor listrik. Jadi mesinnya hidup-mati.. hidup-mati terus," terangnya lagi.
Saat mobil hybrid mulai bergerak, terkadang motor listriknya yang bekerja duluan atau sebaliknya.
Baru lah ketika pengemudi butuh akselerasi lebih, maka mesin pembakaran dalamnya akan hidup untuk mengambil alih putaran roda.
Saat cruising pada kecepatan tertentu, mesin pembakaran dalam akan mati lagi untuk menghemat bahan bakar.
Karena nyala-matinya mesin pembakaran kerap terjadi pada kondisi mobil berakselerasi tinggi, maka butuh pelumas yang bisa bergerak cepat menyebar ke seluruh bagian mesin.
"Kalau enggak bisa cepat olinya, bakal cepat aus komponen di dalam mesin," jelas Arief lagi.
Untuk itu lah dibutuhkan pelumas yang punya tingkat kekentalan (SAE) rendah.
Baca Juga: Mobil Hybrid Upgrade Performa, Konsumsi Bensin Jadi Boros Apa Tetap Irit?