Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Hasil Test Ride Lengkap Yamaha Tricity 155 Oleh OTOMOTIF, Lincah Bro!

Otomotifnet - Rabu, 14 Desember 2016 | 02:37 WIB
Test Ride Yamaha Tricity 155
Salim/otomotifnet
Test Ride Yamaha Tricity 155

Cornering lebih mantap karena roda depan selalu ngegrip. Satu roda kehilangan traksi, roda yang lain masih siap menopang

Jakarta - Sebelumnya, OTOMOTIF sudah pernah mencicipi Yamaha Tricity versi awal yang masih bermesin 125 cc. Kemudian, bulan Mei 2016 lalu, versi mesin 155 cc diluncurkan, Eropa jadi target penjualan terbesarnya.

Beruntung, Yamaha sedang gencar menggempur segmen skutik 150-up di Indonesia lewat kampanye ‘MAXI Yamaha’, makanya Tricity 155 ikut diboyong ke Indonesia. Dikenalkan awal November pada Indonesia Motor Show (IMOS) 2016, motor yang diproduksi di Yamaha Thailand ini, jatah 2016-nya langsung sold out.

Apa sih yang bikin menarik skutik 3 roda seharga Rp 66 juta (on the road) ini? Yuk kita kupas habis dalam sesi Test Ride Yamaha Tricity 155 ini! • Tim (otomotifnet.com)

 

Desain
Nafas elegan yang mewah lebih kental ketimbang sisi sportinya. Moncong depannya futuristis dengan lampu utama LED dan sudah dilengkapi daytime running light (DRL). Sisi atasnya terdapat windscreen yang khusus di indonesia sekaligus jadi dudukan pelat nomor. Sayangnya windscreen ini fix tidak bisa diatur ketinggiannya.

Bagian belakang, tampak kaku dengan behel pegangan dirancang menyatu dengan garis bodi sehingga tampak samar. Lampu belakang kotak dengan sorot LED, cakep!

Roda depannya lebih besar karena pakai lingkar 14 inci, sedang yang belakang 13 inci. Pelek depan dengan braket satu sisi mirip mobil, ada dop kecil penutup as roda yang sayang tanpa pengunci.

Fitur dan Teknologi

Agar kedua roda depannya bisa bergerak seirama mengikuti kontur jalan dan kemiringan tikungan, teknologi Leaning Multi Wheel (LMW) disematkan. Isinya ada Parallelogram Link yang menggerakan 4 buah sokbreker depan bernama Cantilever Telescopic Suspension.

Namun tidak seperti skutik tiga roda asal Eropa yang dilengkapi sistem elektronik sehingga motor bisa tegak saat diam. LMW masih butuh standar samping saat parkir, begitu pun ketika berhenti di lampu merah, kaki wajib turun ya!

Fitur keamanannya ada ABS 3 channel di semua rodanya dikombinasikan dengan Unifed Braking System, dengan hanya menarik tuas rem belakang membuat rem depan ikut mencengkram. Yang unik di roda belakang, ada rem cakram dan tromol. Cakram untuk rem sedangkan teromol untuk parking brake lock. Tuasnya ada tepat di bawah setang kiri, bentuknya seperti yang dipakai pada Yamaha TMAX.

Di balik windscreen ada spidometer digital yang sangat lebar. isinya, ada jam digital, fuelmeter dan penunjuk kecepatan yang divisualisasikan melengkung seperti pakai kaca pembesar. Kemudian ada suhu udara luar, odometer, trip 1, trip 2, v-belt trip dan oil trip. Sayangnya tidak ada penujuk konsumsi bahan bakar rata-rata, hanya logo yang menyala ketika bensin tinggal sedikit.

Sedang ECO indicator ada di sisi atas panel digital ini. Di bawah setang ada gantungan barang yang bisa dilipat. Di sampingnya ada 12V outlet dengan colokan lighter bisa untuk cas smartphone. Di bawah jok, terdapat mulut tangki bensin yang bisa menampung 7,2 liter ditemani bagasi 23,5 liter, helm half face masuk nih! Bagasinya juga dilengkapi LED yang akan menyala ketika jok terbuka.

Riding Position dan Handling

Skutik dengan dua roda di depan sudah biasa melaju di Eropa, ada Piaggio MP3 series, Gilera Fuoco 500 atau Peugeot Metropolis 400i. Semuanya berukuran besar, sedang Tricity hadir dengan desain paling ramping. Sesuai namanya ‘tri’ untuk tiga roda dan ‘city’ mewakili kemudahan berkendara di jalanan perkotaan yang padat. Yuk coba rasakan.

Tinggi jok 780 mm masih cukup bersahabat untuk postur tester 168 cm. Joknya tebal dan lebar juga ada tonjolan penahan tulang belakang. Pijakan kaki pengendara untuk ukuran sepatu 42 masih lega.

Posisi setang tinggi namun menekung ke belakang, jarak dengan spidometer jadi terasa jauh. Pada braket setang terdapat karet peredam yang fungsinya mengurangi vibrasi, namun justru membuat setang menjadi tidak rigid. Setang jadi terasa bergoyang ketika melewati jalan tidak rata seperti garis peredam kejut atau jalan rusak.

Handling-nya? Ternyata lincah dan mudah dikendalikan. Seperti tidak ada bedanya dengan skutik lainnya, ketika menikung kencang dan berpindah arah juga terasa ringan. Menikung patah atau putar balik di tempat sempit mudah saja.

Lalu bisa miring seberapa rebah saat menikung? Ternyata indikatornya ada pada standar tengah yang selalu lebih dulu bergesekan dengan aspal, padahal yakin masih bisa rebah lagi hehe..

Hal yang menarik lainnya adalah soal stabilitas, dua roda di depan membuat cornering lebih mantap karena roda depan selalu ngegrip. Satu roda kehilangan traksi, roda yang lain masih siap menopang.

Mengimbangi motor saat berjalan pelan juga terasa kokoh, kaki bisa tetap di atas dek tanpa perlu turun. Ketika dihantam side wind seperti ketika melintasi jembatan juga enggak goyang, arah motor enggak bergeser layaknya skutik dua roda.

Soal kenyamanan juga oke. Getaran di roda depan selain diredam oleh empat sokbreker, juga berkurang berkat Parallelogram Link, sehingga goncangan sampai ke tangan atau kepala sangat minim. Penyebab lain adalah ketika salah satu roda masuk lubang, roda yang lain tetap menjaga level motor tetap stabil. Makanya melibas lubang kecil sih hampir enggak terasa!

Yang belakang, karakternya empuk banget. karena terlalu empuk, tester berspesifikasi 57 kg merasa terlalu mengayun. Bahkan saat akselerasi awal suspensi belakang sampai naik turun, sangat terasa saat stop and go di kemacetan. Ketika di macet-macetan, setangnya tergolong lebar sehingga agak sulit untuk selap-selip. Apalagi kalau harus minggir sampai dekat trotoar, ban rawan nyangkut karena lebar.

Performa
Dibekali mesin 155,1 cc dengan teknologi Variable Valve Actuator (VVA) persis Yamaha NMAX. Namun karena bobotnya mencapai 165 kg, tarikan cenderung smooth, tidak seresponsif NMAX.

Mencapai 201 meter butuh 13,1 detik di kecepatan 82,2 km/jam. kecepatan maksimumnya hanya 114 km/jam di spidometer sedangkan 104,3 km/jam di Racelogic. Data lengkapnya lihat tabel ya!

Konsumsi Bahan Bakar
Uji konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar RON 95 melewati hiruk pikuk kondisi ibu kota didapat angka 39 km/liter. cukup irit untuk skutik berbobot 165 kg ini.

 

Data Spesifikasi:
Dimensi
P X L X T: 1980 mm X 735 mm X 1210 mm
Jarak sumbu roda: 1350 mm
Jarak terendah ke tanah: 125 mm
Tinggi tempat duduk: 780 mm
Berat isi: 165 kg
Kapasitas tangki bensin: 7,2 L
Bagasi: 23,5 liter
Mesin
Tipe mesin: Liquid cooled 4-stroke, SOHC
Diameter X Langkah: 58 x 58,7 mm
Perbandingan kompresi: 10,5 : 1
Volume silinder: 155,1 cc
Daya maksimum: 14,8 dk / 8000 rpm
Torsi maksimum: 14,4 Nm / 6000 rpm
Sistem starter: Electric starter
Sistem pelumasan: Wet sump
Kapasitas oli mesin: Total = 1,00 L ; Berkala = 0,90 L
Sistem bahan bakar: Fuel Injection
Tipe kopling: Dry, Centrifugal Automatic
Tipe transmisi: V-belt automatic
Rangka
Tipe rangka: Underbone
Suspensi depan: Teleskopik
Suspensi belakang: Unit Swing
Tipe ban: Tubeless Ban depan: 90/80-14M/C (43P)
Ban belakang: 130/70-13M/C (63P)
Rem depan: Hydraulic disc brake
Rem belakang: Hydraulic disc brake
Kelistrikan
Sistem pengapian: TCI
Tipe battery: YTZ7V
Tipe busi: NGK/CPR8EA-9

 

Editor :

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa