Untuk memutari sirkuit, Suzuka kompresi dipatok cukup tinggi, “Setelah diukur dengan buret kompresi didapat 12,8:1. Piston yang tidak terlalu jenong,” ujar pria ramah ini.
Agar mesin tetap adem digeber di trek yang punya trek lurus panjang banget, radiator ikut diganti. “Pakai Yamaha YZF–R15 yang lebih besar,” ungkapnya.
Sistem Injeksi
Selain ada Hawadis, Robert Cong juga turun tangan. Robert yang juga mantan mekanik balap ini lebih berkonsentrasi pada sistem injeksi.
Throttle body digantikan produk SYS yang punya diameter lebih besar 32 mm dengan injektor custom 180 cc/menit lengkap dengan ECU aRacer RC1 Super.
“Cukup kesulitan mapping ECU karena suhu di Suzuki dingin, jadi untuk mendapatkan temperatur optimal kerja mesin agak sedikit susah. Selain itu juga kelembapan rendah jadi resiko mesin terlalu kering besar,” bebernya.
“Mengakalinya dengan membuat setingan agak lebih basah sedikit dibanding seri sebelumnya di Thailand, Air fuel ratio (AFR) di angka 12,5. Agar temperatur kerja mesin bisa ideal radiator ditutup sedikit,” rincinya.
Transmisi
Anehnya, perbandingan final gear yang dipakai untuk sirkuit yang punya trek lurus panjang ini cenderung ringan. Ternyata bisa dilakukan karena Hawadis memakai 6 speed dari R15.
“Dalam regulasi gigi boleh sampai 6, jadi gigi rasio pakai kepunyaan R15 yang sudah dicustom ulang perhitungannya. Makanya final gear gak terlalu kecil atau berat, pakai 46:15 cukup,” sebutnya.
Angin besar saat race 1 dan race 2 cukup menjadi masalah, “Saat kualifikasi angin di sirkuit gak kencang seperti saat race makanya punya gap jauh.
Sedang saat race, gap jadi rapat karena saat memimpin di depan motor tertahan angin dan dimanfaatkan pembalap di belakang untuk slipstream atau curi angin,” curhat pria asli Madura ini.
Data Modifikasi:
Segitiga shock depan: Yamaha 125Z
Pelek: Racing Boy
Throttle body: SYS
ECU: aRacer
Knalpot: Pro Liner
Kaliper depan: Nissin
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR