Otomotifnet.com – Baik produsen mobil maupun busi, menganjurkan untuk melakukan penggantian busi standar (bahan nickel) setiap 20.000 km.
Busi jenis nickel ini seperti dipakai di LCGC atau low MPV macam Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Suzuki Ertiga, Honda Mobilio dan sebagainya.
Tapi, “Selain berpatokan pada jarak tempuh, perhatikan juga kondisi elektrodanya,” saran Diko Oktaviano, technical support PT NGK Busi Indonesia.
Jika sebelum jarak tempuh 20.000 km elektrodanya terlihat ada yang termakan atau rusak, busi tersebut wajib diganti.
Baca Juga: Mobil Atau Motor Susah Distart Bila Tidak Diraba, Bikin Maling Keder!
Sebab jika tidak segera diganti, lanjut Diko, akan berpengaruh pada performa mesin.
“Kemampuan akselerasinya pasti akan turun dan konsumsi bahan bakar makin boros,” tukasnya.
Hal ini lantaran kinerja busi atau kemampuannya menghasilkan loncatan listrik, mulai menurun.
Akibatnya, membuat proses pembakaran di ruang bakar jadi tidak optimal lagi.
Nah, untuk membuktikan ucapan Diko, Otomotifnet.com coba melakukan ekperimen pada Suzuki Ertiga GX A/T keluaran 2013.
Jarak tempuh mobil ini sudah mencapai 91 ribuan kilometer.
Metode pengetesannya menggunakan parameter pengukuran akselerasi pakai Racelogic.
Sementara konsumsi bahan bakar dipantau lewat indikatornya di panel spidometer.
Baca Juga: Suzuki Ertiga Dreza, Mesinnya Kelar Digurah, Larinya Jadi Seperti Ini!
Dua set pemercik api di ruang bakar yang digunakan, tentunya dari merek dan tipe yang sama, yaitu NGK KR6A.
Busi NGK tipe ini adalah busi standarnya Suzuki Ertiga generasi pertama (tipe 1, 2 maupun 3).
Tentunya yang satu set pertama sudah terpakai lebih dari 20.000 km.
Sementara satu set lainnya benar-benar masih gres alias baru.
METODE PENGETESAN
Pertama yang diuji adalah konsumsi BBM untuk busi yang sudah terpakai lebih dari 20.000 km.
Pengukuran konsumsi BBM ini dilakukan dengan berpatokan pada avarage speed.
Lokasi pengujian di dalam kota Jakarta, dengan kondisi lalu lintas lumayan padat.
Kecepatan rata-rata alias avarage speed-nya, kami dapat di angka 23,1 km/jam.
Baca Juga: All New Audi Q3 Terbaru Bisa Dibeli Online, PT. Garuda Mataram Gandeng Blibli.com
Kemudian dilanjut mengukur akselerasi di jalan bebas hambatan.
Startnya dari kondisi diam, lalu pedal gas dikick down sampai mentok hingga dicapai kecepatan maksimal 100 km/jam.
Pengujian yang sama juga dilakukan pada busi baru, dengan kondisi tekanan ban yang juga disamakan, depan 33 psi, belakang 35 psi.
Saat menggunakan busi baru, AVG speed yang kami dapatkan setelah dihitung, juga sama persis dengan ketika pakai busi lama, yaitu rata-rata 23,1 km/jam.
Hasilnya, saat menggunakan busi bekas pakai di atas 20.000 km, rata-rata pemakaian bahan bakarnya (Pertalite) tercatat di indikator sebanyak 12,9 km/liter.
Sedangkan pada pengukuran akselerasi, untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dari kondisi diam, butuh waktu 15,5 detik.
Sementara untuk mencapai jarak 0 - 201 meter perlu 13,3 detik, dan untuk menempuh jarak 0 – 402 meter butuh 20,6 detik.
Nah, bagaimana hasilnya ketika pakai busi baru?
Baca Juga: Suzuki XL7 Anti Kembar, Cat Ulang di Bengkel Ini, Siap Duit Rp 10 Jutaan
Dengan avarage speed yang dikondisikan sama (23,1 km/jam), ternyata konsumsi BBM bisa tembus 13,8 km/liter.
Artinya terjadi peningkatan sebanyak 0,9 km/liter.
Sementara saat diukur kemampuan akselerasinya, untuk mencapai 0 – 100 km/jam, mampu ditempuh hanya dalam waktu 14,7 detik.
Hasil ini lebih cepat 0,6 detik dibanding waktu pakai busi bekas.
Sedangkan untuk mencapai jarak 0 201 meter, diraih hanya dalam waktu 12,9 detik, atau lebih cepat 0,4 detik dari busi lama.
Terakhir, untuk jarak tempuh 0 - 402 meter, dipangkas lagi sebanyak 0,7 detik jadi hanya 19,9 detik.
Tuh, terbukti kan bahwa busi yang telah melewati masa pakai ideal, pasti akan menurunkan performa mesin.
Kalau masih pensaran, monggo Anda buktikan sendiri!
HASIL TEST
Akselerasi Busi Bekas > 20.000 km Busi Baru
0 – 100 km/jam 15,5 detik 14,7 detik
0 – 201 meter 13,3 detik 12,9 detik
0 – 402 meter 20,6 detik 19,9 detik
Konsumsi BBM
AVG speed 23,1 km/jam 12,9 km/liter 13,8 km/liter
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR