Dia dan suaminya terpaksa membeli dari sejumlah orang yang sudah terlebih dulu mendapat premium atau pertalite.
"Kalau antre itu susah sekali, kita tunggu dari pagi (SPBU) dibuka sampai jam 11 atau jam 12 siang baru bisa dapat. Itu pun dengan stok yang sangat terbatas," katanya.
Agata dan suaminya membeli premium dan pertalite di SPBU Kompak Lamahora dengan cara mengisi dulu di motor matiknya.
Kemudian dengan menggunakan selang, premium atau pertalite disedot dan dialirkan dari tangki motor ke botol-botol untuk dijual kembali.
Baca Juga: Kijang Innova Jadi Kelinci Percobaan Solar D100, Bahan Baku 100 Persen Dari Sawit
Namun, karena kelangkaan BBM sehingga mereka membelinya dari tangan kedua. Transaksi biasa mereka lakukan langsung di luar SPBU.
Ia mengungkapkan, 1 liter premium Ia beli dari penjual eceran lain seharga Rp 25 ribu. Sedangkan pertalite Rp 30 ribu.
Agata kemudian menjualnya lagi, untuk premium Rp 30 ribu, dan pertalite Rp 35 ribu per liter.
"Itu pun takarannya tidak sampai penuh botol. Jadi kami bisa untung 5 ribu rupiah per botol," ucapnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR