Dari awal berdiri, Permaisuri Ban tak hanya menjual ban saja, namun juga pelek-pelek aftermarket namun modelnya terbatas, “Dulu jualan Cuma Enkei Compe 8, Enkei Compe Rally, Enkei Spoke F, TRD, Intra dan Evolution untuk Mercedes-Benz dan Racing Dynamics buat BMW,” jelas Bowo lagi.
Awal 1990-an, tepatnya 1992 Wibowo Santosa mulai mengurusi Permaisuri Ban. “Kita mulai masukin pelek-pelek model lain, dan memulai menerapkan satu set pelek hanya terdiri 4 buah,” kata Bowo.
Sebelum itu, satu set pelek aftermarket dijual sebanyak 5 buah. 4 yang terpasang di roda, 1 lagi untuk ban cadangan/serep, “Ini tren yang kita bikin, lantaran terinspirasi dari mobil yang dijual di Amerika saat itu, sudah menggunakan ban cadangan ukuran kecil (temporary),” kekeh Bowo.
Baca Juga: Toyota Rush Penampilan Berubah Jadi Makin Sporty, Varian GR Sport?
TRENDSETTER
Seiring waktu, Permaisuri Ban di tangan Wibowo Santosa juga membawa berbagai pelek-pelek aftermarket ke tanah air dan menjadi trendsetter. “Pelek itu seperti fashion, berubah seiring waktu,” kata Bowo.
Sebut saja di pertengahan 1990-an, sudah menghadirkan pelek-pelek yang kini masih diminati, seperti Brabus Monoblok II dan Brabus Monoblock III.
Kemudian Permaisuri Ban juga memulai pakem memasang pelek Jepang ke mobil Eropa. “Kayak Lowenhart dan 5Zigen ke BMW E36 atau Mercy W190,” cerita Bowo.
1997, Permaisuri pertama kali memasukkan pelek berteknologi forged, mereknya Fikse dari Amerika. Dan 1998, “Kita mulai masukin pelek forged HRE,” terangnya lagi.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR