Yakni seperti lithium sulfur dan lithium ferro phosphor yang membuat baterai lebih murah, termasuk juga inovasi solid baterai dan pengembangan basis storage hidrogen.
“Dengan demikian kita harus mengantisipasi perkembangan ini karena akan membawa dampak pada baterai yang lebih murah, energi yang dihasilkan lebih tinggi dan waktu pengisian yang singkat,” tandasnya.
Ia mengingatkan akan teknologi disruptive battery yang mengindikasikan ketersediaan nikel, mangan dan kobalt melimpah tidak menjamin produksi baterai akan berhasil.
Pertimbangan biaya dan kemampuan storage dari material baru juga harus diantisipasi.
Baca Juga: Kota Jababeka Cikarang Siapkan Charging Station Mobil Listrik Starvo
Pengembangan industri baterai juga perlu didukung dengan industri daur ulang.
Baterai yang nantinya akan menjadi limbah memerlukan penanganan yang komprehensif.
Antara lain dengan daur ulang agar proses pemurnian dapat dilakukan.
“Limbah baterai serta beberapa jenis scrap dari paduan nikel sangat memungkinkan untuk didaur ulang sehingga dihasilkan beberapa jenis produk yang bernilai tinggi,” pungkasnya.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR