Sisi positif dari bobot yang lebih 200 kg adalah kestabilan yang mantap ketika TRK 502X melaju, baik di jalan lurus maupun saat melahap beragam tikungan.
Meski berat, berkat konstruksi rangka tubularnya berhasil membuat motor ini sangat lincah, stabil, dan mampu berbelok secara tajam sesuai keinginan pengendaranya.
Tentu saja ini tidak lepas dari peran suspensi upside down (USD) berdiameter as 50 mm dan monosoknya.
Karakter USDnya punya per yang sedikit keras bersanding dengan damping lembut, sehingga terasa stabil saat cornering tapi guncangan kerap terasa saat melewati jalur tidak rata.
Baca Juga: Jadi Cruiser Terbaik di Otomotif Award, Ini Kelebihan Benelli Patagonian Eagle EFI
Beda dengan monosoknya, full adjustable jadi bisa disesuaikan kebutuhan pengendara.
Untuk menyetel preload dan compression terlebih dulu harus melepas penutup plastik di sisi kanan menggunakan kunci L 4 mm.
Kalau menyetel rebound agak repot dan harus hati-hati, karena tangan harus ngolong melewati bawah leher knalpot dan sela-sela swing arm.
Performa pengereman termasuk bagus. Rem berkaliper 2 piston ganda di depan terasa empuk dan ampuh mengurangi laju TRK 502X tanpa perlu menekan handel terlalu dalam, begitu juga dengan rem belakangnya.
Kinerja ABS juga terbilang halus saat mengintervensi handel rem ketika roda terdeteksi mengunci.
Baca Juga: Review Benelli Tornado 302R, Pendatang Baru Lawan Kawasaki Ninja 300, Harga Segini
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR