Otomotifnet.com - Konsumen di Indonesia masih banyak yang ragu dengan teknologi mobil listrik.
Berbanding terbalik dengan luar negeri, terutama negara maju seperti Eropa, Amerika atau China.
Jika kalian termasuk golongan yang ragu, silakan simak penjelasan dari PT PLN berikut.
"Kenapa marak sekali kendaraan listrik di Eropa, Amerika Serikat, China? Karena ada yang namanya hukum kekekalan energi, yang mana bisa diubah ke energi lain," kata Darmawan Prasodjo, Wakil Direktur Utama PLN dalam acara Kompas Talks, (21/10/21).
Ia menjelaskan, dalam hal ini energi listrik yang diubah menjadi energi kinetik (gerak) lebih efisien ketimbang energi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diubah ke energi kinetik.
Baca Juga: Menyongsong Peralihan Era Kendaraan Listrik, Gaikindo Berharap Begini
"Jadi efisiensi energi BBM ke energi kinetik itu rendah sekali atau hanya sekitar 12 persen, sisanya berubah menjadi energi panas yang dibuang melalui knalpot," imbuh Darmawan.
"Sedangkan konversi energi listrik menjadi kinetik itu sangat efisien, buktinya kipas angin tidak ada knalpotnya," sambungnya.
Darmawan mencontohkan, mobil bermesin konvensional dengan satu liter bensin seharga Rp 9.000 jarak tempuhnya sama dengan 1 kWh listrik seharga Rp 1.500, atau hanya seperlimanya.
"Lantas emisi karbonnya berapa? Satu liter bensin kalau dibakar itu emisi karbonnya 2,4 kg CO2," terangnya.
"Sedangkan kendaraan listrik 1 kWh itu menghasilkan 1 kg CO2 yang berasal dari pembakaran di pembangkit listrik," terangnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR