Mesin dan reagen ini seumpama printer dan tinta. Tidak bisa digunakan tanpa salah satunya. Harga mesin PCR mencapai ratusan juta rupiah.
Bisa digunakan dalam jangka panjang. Sementara itu, harga reagen bervariasi: belasan, puluhan, hingga ratusan ribu rupiah di awal pandemi.
Di awal pandemi harga reagen tinggi karena susah didapat.
Lalu, berapa harga tes PCR sebenarnya?
"Rp 10.000 pun bisa," jawab Randy.
"Lho, kenapa bisa semurah itu?" tanya saya lagi.
"Jika dilakukan kerja sama operasi, alias skema bisnis tertentu," terang Randy.
Kuncinya adalah pada efektivitas penggunaan mesin PCR.
Jika mesin digunakan sendiri dan waktu operasionalnya terbatas, tentu pebisnis akan menaikkan harga untuk mengejar modal kembali.
Namun, jika mesin bisa digunakan bersama dan waktu operasi bisa maksimal maka harga tes PCR bisa ditekan.
Oleh karena itu, perlu dicari model bisnis kolaboratif yang bisa memaksimalkan mesin-mesin PCR yang ada.
PCR ini memang bisnis luar biasa besar. ICW dan Koalisi Masyarakat Sipil menghitung keuntungan dari bisnis PCR selama sekitar setahun terakhir pandemi mencapai lebih dari Rp 10 triliun.
Meskipun tak bisa dilepaskan dari aspek bisnis, PCR punya dimensi kepentingan publik dan kepentingan nasional. Oleh karena itu, harga paling murah perlu diupayakan.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR