"Padahal tujuan awal membuka Pertashop ini meruapakan program pemerintah untuk pemerataan BBM," papar dia.
"Agar penyaluran BBM ke pelosok-pelosok desa bisa terlaksana dengan baik. Dan harganya juga sesuai yang dikeluarkan Pertamina," ungkap Naufal, (27/9/22).
Ia pun tak menampik kenaikan harga Pertamax dan Pertalite berdampak buruk ke bisnis Pertashop di wilayah Lhoksumawe dan Aceh Utara.
"Sebelum ada kenaikan, penjualan rata-rata 1.500 liter per hari. Sekarang penjualannya turun sangat jauh," ungkapnya.
"Saat ini penjualan hanya kisaran 300-400 liter per hari," ungkapnya.
"Artinya pelanggan Pertashop saat ini beralih memilih membeli Pertalite di SPBU ketimbang Pertamax di Pertashop," tuturnya.
Meski begitu, Naufal akui, bisnis Pertahsop yang dikelolanya masih untung.
Hanya saja, capaian penjualan per hari menurun dibanding sebelumnya.
"Untuk sekarang bisnis Pertashop sedang lesu dibandingkan sebelumnya," papar Naufal.
Ia berharap, pemerintah dapat mengkaji kembali dengan memperbolehkan Pertashop menjual Pertalite.
"Kami berharap pemerintah mengizinkan Pertashop untuk menjual BBM penugasan jenis Pertalite," harapnya.
"Karena ada beberapa lokasi Pertashop di wilayah Lhokseumawe dan Aceh Utara yang sudah beroperasi, kini bisa terancam tutup," tandasnya.
Baca Juga: Cuma Dagang Pertamax, Ada Usul Pertashop Ganti Jual Pertalite dan Solar
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR