Otomotifnet.com – Hingga saat ini tak sedikit pemilik kendaraan yang karena ingin berhemat, mereka membeli spare part dengan harga miring di toko online atau e-commerce.
Salah satunya adalah busi, baik untuk mobil maupun sepeda motor.
Tapi begitu tak lama digunakan, muncul berbagai masalah pada mesin kendaraannya.
Pasalnya, saat ini banyak beredar busi “aspal” alias terlihat mirip asli tapi sebenarnya palsu, salah satunya yaitu merek NGK.
Baca Juga: Waspada Busi NGK Palsu Nissan Grand Livina, Begini Ciri-Cirinya
Hal itu diungkapkan oleh Diko Oktaviano, Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia (dulunya bernama NGK Busi Indonesia), selaku produsen busi merek NGK di Indonesia.
“Tim kami mendapati beberapa sampel busi NGK palsu yang kami sengaja beli lewat e-commerce,” ungkapnya dalam acara Deep Talk bertema “Bahas Tuntas Busi NGK” yang digelar Rabu (24/1/2024) kemarin di kawadan Pndok Cabe, Tangerang Selatan.
Dan mirisnya lagi, saat ditelusuri banyak pedagang ‘nakal’ yang memajang foto produk asli, “Namun yang dikirim ke konsumen busi palsu,” tukas Diko.
Para pedagang nakal tersebut kata Diko memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat dengan mengiming-imingi mereka bahwa produk yang dijual asli, tapi dengan harga miring.
"Harganya jauh lebih murah dibandingkan produk dijual di official store kami, tapi begitu digunakan akan berisko mesin jadi bermasalah," jelas Diko.
Mulai dari mesin muncul gejala mbrebet, susah dihidupkan saat pagi hari, hingga macet akibat piston dan linernya baret terkena kikisan material busi yang mengalami abrasi.
“Material yang digunakan pada busi palsu ini rata-rata tidak tahan suhu tinggi. Lama-lama akan terkikis, dan sepihannya itu bisa merusak dinding liner dan piston,” tukasnya.
Makanya ia menyarankan kepada pengguna kendaraan untuk tidak tergiur harga murah yang ditawarkan di e-commerce.
Baca Juga: Cara Bedain Busi NGK Asli dan Palsu Gampang, Coba Cek 4 Hal Ini
“Jangan sampai gara-gara duit yang tidak seberapa, jadi turun mesin akibat salah pakai busi. Bakal keluar duit lebih banyak lagi tuh,” imbuhnya.
Oiya, produk busi NGK palsu untuk mobil yang sering kali ditemukan kata Diko adalah jenis Iridium untuk Nissan Grand Livina dan Honda Jazz generasi 1, 2, dan 3.
Saat dibelah busi NGK palsu tersebut untuk diteliti, didapati material yang digunakan kualitasnya sangat rendah dan berbahaya bagi mesin.
Misalnya bagian center electrode yang seharusnya dibuat dari bahan kombinasi antara logam mulia dan copper (untuk busi jenis logam mulia seperti Iridium).
Maka pada busi NGK palsu hanya menggunakan satu jenis material saja, dan itu pun materialnya logam biasa.
Nah, biar terhindar dari beli busi palsu, Diko kasih tips cara membedakan mana busi asli dan palsu.
Pertama, bila belinya lewat online, pastikan beli di toko yang terpercaya, misalnya di official store dari brand busi yang hendak dibeli.
Berikutnya, minta ke si penjual untuk memperlihat fisik dari busi yang dijual, terutama pada bagian huruf dan angka yang ada di badan busi.
Baca Juga: Awas, Bersihkan Busi Mobil Jangan Pakai Amplas, Bisa Jadi Begini
“Di badan busi ada urutan angka dan huruf yang tidak beraturan, namanya lot number.”
“Busi NGK asli memiliki kode gabungan angka dan huruf yang tidak beraturan dan ada maknanya, tidak asal bikin,” ungkapnya.
Dari lot number tersebut, lanjutnya, pihaknya bisa tahu itu busi asli atau palsu.
Ciri lainnya, pada badan insulator busi NGK asli ada tulisan yang terlihat jelas, lantaran memiliki kepekatan warna yang solid.
Sebaliknya kalau terlihat pudar atau tulisannya agak berbayang, bisa dipastikan itu busi NGK palsu.
Selanjutnya kata Diko bila busi yang ditawarkan tidak terdapat ring gasket, atau ringnya terpisah, "Itu pasti palsu, karena busi NGK asli ring gasketnya sudah dalam kondisi terpasang," kata Diko.
Berikutnya perhatian bentuk dari ground electrode-nya, “Busi NGK asli ground electrode-nya rapi dan simetris. Yang palsu seringkali memiliki penempatan elektroda tidak presisi," beber Diko.
Tuh gaes, waspada ya kalau beli busi secara online. Jangan tergiur harga miring deh!
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR