Otomotifnet.com - Kalau ada pertanyaan, pabrikan mobil listrik China datang ke Indonesia, diajak siapa? Kok bisa tahu kondisi pasar tanah air?
Tentu jawabannya, sudah jauh-jauh hari sebelum memutuskan datang ke Indonesia, mereka sudah riset pasar.
Termasuk memetakan peluang dan tantangan yang ada di Indonesia.
Khusus di segmen mobil listrik, perkara harga yang relatif masih mahal, menjadi tantangan sekaligus peluang saat ini.
Hal ini dimanfaatkan sebagai jalur masuk ke pasar otomotif Indonesia.
Harga kompetitif, namun kualitas mumpuni serta fitur melimpah, menjadi senjata ampuh untuk menggedor pasar.
Caranya dengan menekan ongkos produksi, tanpa mengesampingkan kualitas dan fitur.
Baca Juga: Begini Jurus Mobil Listrik China, Makin Membahana Pakai Strategi ini
Strategi yang dimainkan selanjutnya adalah menggandeng distributor lokal, serta mengintegrasikan pasokan suku cadang.
Alhasil jaringan pemasaran serta rantai pasoknya bisa efisien.
GANDENG DISTRIBUTOR LOKAL
Dicermati lebih jauh, pabrikan mobil China yang masuk ke Indonesia sebetulnya telah memiliki mitra bisnis, termasuk para distributor lokal untuk bekerjasama.
Hal ini mencakup strategi untuk membangun pabrik, mengembangkan jaringan dealer dan distribusi unit, serta suku cadang agar lebih luas menjangkau pasar.
Seperti dilakoni BYD Indonesia yang bermitra dengan Arista Group untuk memperluas jaringan dealernya.
BYD tak segan-segan menggandeng dealer multibrand tersebut yang dikenal punya pengalaman mumpuni.
"Dalam hal pengembangan jaringan, kami optimistis bahwa pada akhir tahun 2024 kami dapat menyediakan hingga 50 jaringan penjualan dengan kemampuan penjualan, layanan dan suku cadang,”
“Jaringan ini akan ditempatkan secara strategis di kota-kota besar," jelas Eagle Zhao, Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia.
Langkah tersebut dengan cepat membuat mobil-mobil pabrikan China semakin mudah diakses oleh konsumen, melalui jaringan dealer yang banyak dibangun di kota-kota Indonesia.
Baca Juga: Terungkap, Insentif PPnBM dan Pajak Hybrid Punya Manfaat Gede Buat Ini
Lanjut, awal masuk Indonesia, beberapa merek mobil China statusnya masih impor utuh dari negara asalnya, ataupun dari hub industri di lingkup Asia Tenggara.
Lantas pemerintah mendorong agar punya pabrik perakitan di Indonesia.
Hal ini dikondisikan dengan menggandeng mitra-mitra strategis yang memiliki fasilitas perakitan, atau general assembler.
Seperti dilakoni oleh Chery, Neta, dan Jetour yang menggunakan fasilitas perakitan milik PT Handal Indonesia Motor (HIN) di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat.
“Perakitan Neta di HIM merupakan fasilitas kedua di luar negeri (China), dengan TKDN mencapai 44 persen. Dari pabrik ini, kami akan memenuhi pasar Indonesia dan Asia Tenggara,” ungkap Kong FanLong, Co-founder & Co-President of Neta Auto.
PT HIM merupakan general assembler untuk berbagai merek. Pada tahun ini, Neta mendapatkan jatah produksi 10.000 unit hingga 2025.
Sementara Chery mendapatkan jatah produksi 30.000 unit di tahun ini. Menyusul kedepannya, brand Jetour bakal dirakit di fasilitas HIM.
Baca Juga: Industri Otomotif Serampak Pakai AI, Peluang Raup 366 Miliar USD
Disebut oleh Denny Siregar, Presiden Direktur PT HIM. Pihaknya berencana memperluas kapasitas produksi.
Yakni dengan membangun pabrik baru dengan total luas 38 hektar, mampu memproduksi hingga 90.000 unit kendaraan setiap tahunnya.
“Kita sedang kembangkan fasilitas baru, 60 kilometer dari sini (HIM Pondok Ungu, Bekasi), yaitu di Purwakarta Integrated Industrial Park,”
“Itu kita buat pabrik lebih besar dari yang di sini. Lahannya seluas 38 hektar, kalau yang di sini (HIM) hanya 12 hektar,” ungkap Denny, yang ditemui OTOMOTIF (31/5/2024).
Berikutnya, merek GWM (Great Wall Motor) yang digandeng oleh PT Inchcape Indomobil Energi Baru. Masuk Indonesia, dengan meluncurkan Haval H6 dan Tank 500 HEV.
Serta berjanji bakal merakit mobil hybrid Haval Jolion HEV di fasilitas perakitan milik Inchcape di Wanaherang, Kabupaten Bogor, Jabar.
Senasib juga dilakoni oleh merek baru asal Tiongkok, yakni BAIC dan GAC Aion.
Untuk merek BAIC digandeng oleh PT JIO Distribusi Indonesia (JDI), yang merupakan anak usaha JHL Group.
Sedangkan GAC Aion dinaungi oleh PT Indomobil Energi Baru, yang merupakan anak usaha Indomobil Group.
INTEGRASI PASOKAN SUKU CADANG
Masih ingat dengan strategi Wuling Motors, yang mengintegrasikan pabriknya dengan supplier parts di dalam area pabrik?
Yaitu di pabrik PT SGMW Motor Indonesia seluas 60 hektar di kawasan Greenland International Industrial Center (GIIC) Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jabar.
Tujuannya adalah efisiensi biaya logistik dan distribusi. Ujung-ujungnya ongkos produksi jadi lebih terjangkau dan harga jual bisa lebih murah.
Hal ini juga bakal dilakoni oleh GAC Aion, yang berniat merakit produknya di PT National Assembler milik Indomobil Group di Cikampek, Jabar.
Baca Juga: Gawat, Penjualan Mobil Stagnan 1 Juta, Kemenperin Usulkan Insentif
“Kami akan membangun sistem pasokan suku cadang purna jual yang tepat waktu dan efisien di Indonesia,” bilang Ocean Ma, President Aion Southeast Asia.
Lanjut, strategi penguatan jaringan dealer GAC Aion juga menjadi fokus dengan menggandeng mitra lokal.
“Saat ini sudah tujuh dealer GAC Aion telah kami buka, kedepannya akan terus kami tambah,” beber Andry Ciu, CEO PT Indomobil Energi Baru.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR