Mengenal Toyota Agya, Getaran Natural Tiga Silinder

Otomotifnet - Kamis, 25 Februari 2016 | 08:20 WIB

Toyota Agya (Otomotifnet - )

Jakarta - Semenjak pertama dirilis sebagai perdana mobil Low Cost Green Car (LCGC) di Tanah Air, Toyota Agya terus menerus mendapat respons positif dari masyarakat Indonesia.

Pada Maret 2015 misalnya, penjualan Agya bahkan mendekati Avanza yang selalu menjadi mobil terlaris.

Tak heran, kebanyakan masyarakat mengikonkan kata ‘LCGC’ dengan hatchback kecil ini.

Namun seperti tak ada gading yang tak retak, Agya yang dipegang merek paling reliable ini pun tetap memiliki masalah yang dikeluhkan oleh para pemiliknya, meskipun masih tergolong ringan karena usianya juga yang masih belia.

Kali ini, OTOMOTIF akan membahas serba-serbi mengenai pesaing Daihatsu Ayla, Honda Brio Satya, Suzuki Karimun Wagon R dan Datsun Go ini.

Mulai dari sejarah singkat, data tes, masalah, perawatan serta improvement yang dapat dilakukan terhadap calon mobil sejuta umat ini. Lanjut baca di bawah ya.• (otomotifnet.com)
 

Sejarah

Mengikuti peraturan Kementrian Perindustrian perihal LCGC yang mengharuskan konsumsi bahan bakar di atas 20 km/liter. 

Lalu kapasitas mesin di bawah 1.500 cc dan angka oktan (RON) yang digunakan minimal 92.

PT. Toyota Astra Motor (TAM) pun kembali bekerja sama menciptakan mobil kembar.

Syarat harus digunakannya nama lokal membuat Toyota memilih sebuah kata Sansekerta kuno “Agya”, yang berarti cepat.

Diluncurkan sebagai LCGC pertama bersamaan dengan Astra Daihatsu Ayla pada September 2013. 

Kedua mobil ini diproduksi di pabrik Astra di Karawang,Jawa Barat.

Ketika itu, kisaran harga Agya mulai dariRp 99,9 juta untuk tipe E, sedangkan tipe tertinggi TRD-S bertransmisi otomatis dibanderol Rp 120,75 juta.

Meskipun dipasarkan sebagai mobil terjangkau, PT. TAM tidak melupakan aspek safety yang tetap dibutuhkan.

Setiap varian baik E, G maupun TRD-S sudah dilengkapi dual airbags.

Pelek steel menjadi ciri khas tipe E, sedangkan TRD-S sudah dibekali spoiler, bodykit depan, samping dan belakang dan stiker TRD-S.

Semua variannya juga sudah dilengkapi fitur penunjang kenyamanan seperti AC, power windows dan central  door lock.

Selang setahun sebulan kemudian, TAM memberikan update minim disebut Agya Improvement. Warna light blue dihilangkan dan digantikan warna  merah.

Varian G dan TRD-S pun kedapatan wiper belakang, sedangkan E kini ikut kecipratan takometer, indikator ECO dan MID.

Speaker pun  ditambah jadi empat buah di tipe G dan TRD-S.

Perubahan yang tidak disebutkan, jok belakang mendapat revisi sehingga sudut bagian bawahnya lebih naik, bahan bertambah tebal dan terdapat ornamen jahitan horizontal.

Ketebalan bagian atas jok lawas 9,98 cm dan bawahnya 13,7 cm, sedangkan versi improvement menjadi 12,35 cm dan 20,70 cm.

Tahun 2015 pun kembali mendapat penyegaran. Dudukan ISOFIX untuk child seat yang sudah mengadopsi adaptor tersebut  kini tersedia.

Begitu pula penguatan struktur bodi untuk seluruh tipe dengan crumple zone.

Sayangnya, hal ini perlahan menjauhkan Agya dari deal harga awal LCGC di bawah Rp 100 juta, dengan harga varian termurahnya kini Rp 112,43 juta hingga tulisan ini dibuat.•

Perawatan

Kalau ada konsumen yang punya Toyota Agya baik yang bertransmisi manual atau otomatis, umur pakai paling tua enggak akan lebih dari 3 tahun.

Itu karena kendaraan 1.000 cc ini, hadir kali pertama pada 2013.

Dengan usia pakai yang tergolong masih muda, maka urusan perawatan masih berhubungan dengan bengkel resmi.

“Sampai sekarang belum ada  bengkel non resmi yang dijadikan rujukan,” ucap Perdana Abadi dari Toyota Agya Club.

Dari Agya baru di tangan, lakukan pengecekan air aki dan tekanan angin setiap 2-3 minggu sekali.

“Kurun waktu 1 bulan sekali, cek takaran oli. Setelah pemakaian 2 bulan sudah waktunya melongok filter AC dan oli,” papar pria pemilik  Agya tipe G M/T ini.

Sedangkan bila berkaca pada buku panduan servis, maka jadwalnya dimulai dari pemakaian 1.000 km.

Dengan 12 item yang  akan dicek and ricek, seperti AC, pengereman, aki, lampu, belt, oli, emisi gas buang, baut roda, radiator, kemudi dan wiper.

Berikutnya pada saat 10 ribu km dengan 16 items pengecekan.

Ada 2 item yang sudah waktunya dilakukan penggantian, yakni oli mesin dan  filter oli.

Kelipatan 10 ribu (20 ribu) makin banyak poin pengecekan yang dilakukan dan lebih kurangnya 19 items.

Urusan penggantian,  lebih kurang hanya terdapat pada 3 items (oli mesin, filter udara dan busi).

Servis selanjutnya disarankan setiap sudah menempuh jarak  kelipatan 10 ribu km.

Lalu bagaimana dengan anjuran penggantian oli setiap 5 ribu km seperti pada kebanyakan mobil-mobil modern?

Anwar dari bagian Spare Parts di Astrido kelapa Gading menyebutkan hal tersebut kalau bisa dilakukan jika sering melewati kemacetan Jakarta. 

“Jakarta kan sangat berdebu dan sering macet, kalau jarang kena sih enggak apa-apa tetap 10 ribu km sekali ganti olinya,” terang Anwar.

Keuntungan memiliki Agya adalah biaya servis yang juga terjangkau, lebih murah dibanding seluruh line-up Toyota teranyar soal jasa dan spare partsnya. 

Untuk servis besar di km 40 ribu misalnya, biaya servis untuk jasanya Rp 446 ribu dan parts-nya Rp 731 ribu.

Begitu pula yang termahal  saat km 80 ribu, jasanya dipatok Rp 520 ribu dan parts-nya Rp 858 ribu.

Ganti kopling, untuk alatnya dibanderol Rp 800 ribu dan pemasangannya Rp 400 ribu.

Sedangkan satu set sok breker depan bisa diganti seharga Rp 358 ribu plus pemasangan Rp 178 ribu, sok breker belakang seharga Rp 270 ribu dan pemasangannya Rp 149 ribu.•

Keluhan Dan Solusi

“Biasanya, kebanyakan keluhan datang soal getaran mesin dan kabin yang kurang senyap,” terang Perdana Abadi, Ketua Umum Toyota Agya Club (TAC).

Salah satu yang biasa dikeluhkan adalah getaran berlebihan.

“Engine mounting-nya bermasalah, jadi getarnya sampai kabin kalau putaran mesin di atas 3.000 rpm atau digeber di tanjakan,” lanjut pria ramah tersebut.

Iwan Abdurahman, Technical Service Division TAM menyebutkan bahwa mesin 3-silinder Agya secara  natural memiliki getaran yang lebih dibanding 4 silinder atau lebih.

Namun engine mounting memang berperan untuk menyerap getaran tersebut hingga minimal.

“Jika mau level getarannya sehalus model lain akan sulit, tapi jika sudah terasa mengganggu, silahkan dikonsultasikan ke dealer resmi dan jika ada masalah di komponen akan diperbaiki,” terang Iwan.

Lalu kekedapan kabin juga dikeluhkan kurang senyap. Solusinya tentu dengan memasang peredam kabin lebih.

Yang terakhir adalah soal penggantian aki yang terkadang lebih cepat dibanding seharusnya.

Selain karena memiliki parts elektronik lebih banyak, seperti EPS (Electronic Power Steering), Iwan juga menyebutkan jarang melakukan perjalanan jauh dan RPM selalu rendah akan mengurangi umur aki.

“Garansi aki kita dua tahun atau 50 ribu km kok,” tambahnya.•

Upgrade Performa & Kenyamanan

Jika mengincar kecepatan tinggi seperti Toyota 86, sebaiknya lupakan saja kecuali ingin totalitas merombak mesin 3-silinder 998 cc ini.

Bagi para tuner yang sudah biasa menciptakan mesin balap pun seperti Rudy Irawan dari Espe’el Motorsport dan Theodorus Suryajaya dari REV Engineering pun hanya menganjurkan untuk memasang piggyback dalam mendongkrak performa Agya.

“Paling pasang Dastek Q+ kalau untuk Agya, harganya Rp 6 juta sudah termasuk pasang dan dyno, tapi tidak plug and play ya karena harus di-setting terlebih dahulu,” ujar Teddy dari ERV Engineering.

Berapa kenaikan tenaganya? “Tidak jauh sih, sekitar 8-10 dk saja,” jelas Rudy.

Solusi plug and play seperti menggunakan replacement filter, busi iridium, voltage stabilizer dan lain-lainnya juga dapat membantu. 

Namun hasilnya tidak akan sebaik menggunakan piggyback seperti di atas.

Akan lebih berarti jika pengguna Agya mengupgrade sistem hiburan kabin untuk kenyamanan yang lebih dirasakannya.

Karakter mesin  3 silindernya yang berisik dan minimnya peredaman kabin misalnya, berarti memasang peredam tambahan bisa jadi pilihan yang bijak.

“Kalau mau kurangi suara mesin dan road noise dari roda depan hingga 30% bisa pasang peredam di firewall seharga Rp 500 ribu, untuk road noise dari belakang bisa tambah peredam kolong Rp 500 ribu,” jelas Andrie Wijaya, owner dan instalatur Bassindo Mobile Audio Installer, Kelapa gading.

Sedangkan peredam satu set full lantai dan 4 pintu Agya dibanderol Rp 4,8 juta, dengan bahan peredam Xtreme Mat yang memiliki bahan rubber jelly dan lapisan aluminium foil yang cenderung ringan.

Sedangkan audio pun bisa di-upgrade hingga memanjakan telinga pengemudi dan penumpang. Agya lawas misalnya, bisa menambahkan set speaker untuk di belakang.

“Bisa pakai Helix yang sudah ada tweeter, tidak perlu power kalau untuk basic, cukup Rp 1,4 juta saja,” tambah Andrie.

Penambahan subwoofer slim aktif merek Rockford Fosgate yang dapat diletakkan di bawah jok pun bisa tambah Rp 3,8 juta.

Sedangkan agar pemutar media memadai, bisa juga mengadopsi head unit 2-DIN universal dengan frame atau yang OEM dan sudah tersedia fitur layar sentuh, DVD, Bluetooth dan USB seharga Rp 2,9 juta. 

Upgrade Tampilan

Kecil mungil, tapi tetap jadi bahan bagi konsumen untuk urusan modifikasi. Ada 3 hal yang mendasari dan biasanya dilakukan anak klub, terhadap Agya miliknya.

Bila boleh dikelompokkan, maka bagi Perdana ubahan paling banyak penganutnya adalah dengan mengganti pelek.

Dari pelek yang ukuran standarnya 13 inci, diupgrade sampai 15 atau 16 inci. Ini sebenarnya membuat konsumen enggak lagi memiliki kebebasan untuk melakukan penggantian ban.

“Untuk ukuran pelek lebar 15 inci yang dipasang pada Agya, maka dibutuhkan ban ukuran 195/50. Dan bila mau pakai pelek 16 inci, ukuran bannya 195/45,” papar Perdana. Pemakaian pelek ukuran lebar, sudah pasti juga diikuti penggantian per.

Kebetulan, dari komunitas mengeluhkan performa suspensi Agya yang terasa kurang keras.

Ada per dari Daihatsu Gran Max yang biasanya dipakai untuk mengakali per yang masih terasa terlalu lebih mengayun itu.

Jarak dengan tanahnya dibuat sama, baik sisi belakang maupun depan.

Di dalam komunitas seperti TAC, penggantian pelek itu prosentasinya bisa mencapai 95%.

Sisanya seperti ganti sok (4%) dan 1% main cutting sticker.

Nah bila anda pemilik Agya varian selain TRD-S, jangan kecewa terlebih dahulu kalau kendaraan kesayangan belum dilengkapi body kit yang membuat tampilan semakin sporty.

Autokit di Kelapa Gading maupun Autobless di Sunter sama-sama menyediakan paket body kit TRD.

Untuk body kit dengan bahan plastik ABS Grade C di Autobless misalnya, dibanderol Rp 3,25 juta sudah termasuk pengecatan dan pemasangan. Untuk Grade B dihargai Rp 3,5 juta. •

Data Test

Mesin: 1KR 3-silinder segaris 12 Katup, DOHC 998 cc
Transmisi: Otomatis 4-percepatan
Tenaga Maksimum: 66,2 dk @ 6.000 rpm
Torsi Maksimum: 86 Nm @ 3.600 rpm
Dimensi (p x l x t): 3.600 mm x 1.620 mm x 1.520 mm
Suspensi Depan: McPherson Strut dengan
Coil Spring
Suspensi Belakang: Semi Independen Torsion
Axle Beam dengan Coil Spring
Rem Depan / Belakang: Disc / Leading Drum

Data Akselerasi:

0  – 60 km/jam: 7,9 detik
0  – 100 km/jam: 19,7 detik
40 – 80 km/jam: 7,7 detik
0  – 200 meter: 13,9 detik
0  – 402 meter: 21,5 detik

Data Konsumsi:

Dalam Kota: 12,5 km/liter
Luar Kota: 14 km/liter
Konstan 100 km/jam: 18,7 km/liter