Honda Brio E 2016, SuperBrio Bermesin K24

Parwata - Kamis, 6 April 2017 | 11:30 WIB

Honda Brio E 2016 K24 (Parwata - )

Tampilannya menandakan hatchback imut ini memiliki performa serius, bahkan mampu mengintimidasi lawannya

Jakarta - Beberapa waktu lalu, sirkuit Sentul sempat dihebohkan dengan kemunculan Honda Brio berwarna putih, lengkap beserta tampilan ala drag car dengan ban slick di depan dan belakang, serta rear wing berukuran besar.

Pemiliknya tak lain adalah Haviedz Pahlevie, juragan bengkel Supernova di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

Pria yang akrab disapa Apit ini ternyata sudah lama mengamati scene drag race di Thailand.

“Di sana lebih ekstrem. Honda Brio engine swap dengan mesin K20A bahkan K24A sudah jadi hal yang biasa. Makanya saya jadi terinspirasi untuk membuat Brio super,” ujar Apit.

Benar saja, Apit serius dalam mewujudkan ambisinya tersebut. Pria berperawakan serius ini menjejalkan mesin K24 dalam tubuh imut Brio.

“Syukur-syukur bisa dapet 11 detik pas drag race di Sentul,” sahutnya dengan nada merendah.
 
Mesin K24 ini pada dasarnya gabungan dari blok mesin K24A2 bawaan Honda Odyssey, dengan kepala silinder K20A ‘red top’, yang populer digunakan pada Civic Type R.

Pemasangan mesin K24 ini enggak banyak mengalami kendala dan ubahan.

“Saya tetap pakai mounting bawaan K24, tapi braketnya dibikin ulang, biar pas dengan dudukan Brio. Posisi mesinnya pun enggak banyak berubah,” terangnya.

Apit juga melakukan wire tuck, dengan menyembunyikan kabel-kabel mesin ke bawah fender, sehingga terlihat lebih rapi.

Meski Apit menyiapkan super Brio ini untuk turun di lintasan drag, namun ternyata masih bisa dipakai harian.

“Saya beberapa kali bawa Brio ini keluar kota, bahkan paling jauh sampe Kuningan, Cirebon, enggak masalah tuh,” sahutnya sambil tersenyum.

Tapi masalahnya cuma satu, kopling single clutch dari Ogura lumayan berat kalau dipake macet-macetan. Tom

Mesin

Apit memilih untuk main naturally aspirated dalam memaksimalkan performa mesin K24-nya. Hampir semua jeroan sudah diganti dengan part aftermarket.

Piston misalnya, menggunakan Arias yang berdiameter 87 mm, sementara setang pistonnya pakai Eagle.

Dari kepala silinder, sudah menggunakan kepala silinder K20A buatan PRB-1 yang telah di-porting dan polishing.

Kem kini menggunakan Skunk2 stage 3 dengan durasi 2780 untuk intake dan 2820 pada exhaust.

Pasokan bahan bakar lebih deras dengan injektor FID dengan kemampuan menyemprotkan 1.000 cc per menitnya.

Untuk mengimbanginya, throttle body diganti merek K-tuned berdiameter 90 mm.

Sebagai otaknya, Apit mempercayakannya pada engine management stand alone Hondata K-Pro Version 4.

Hasilnya, tenaga maksimal ketika di-dyno mencapai 360 dk, yang terukur di mesin.

Untuk menyalurkan tenaga beringas tersebut, girboks menggunakan manual 6 percepatan bawaan Honda Integra DC5 dengan kopling single clutch dari Ogura.

Sementara final gear-nya dipatok 4.3:1, agar tenaga mesin dapat tersalurkan merata di setiap putaran mesin.

Bodi

Ketika turun drag, Apit memasangkan bumper depan dan gril custom, dengan desain tertutup dan mini lubang demi mendapatkan nilai aerodinamika terbaik.

Materialnya sendiri menggunakan fiberglass. Satu-satunya lubang dibuat di tengah, demi memaksimalkan pasokan udara untuk mesin dan radiator.

Sementara di belakang juga ada rear wing dengan desain mengikuti kontur atap, yang khas tampilan drag car.

Rear wing berbahan aluminium dengan tebal 1,2 mm, lengkap dengan dudukan serta adjuster-nya, agar bisa disesuaikan kemiringannya.
 
Tujuan pemasangan rear drag wing ini demi meminimalisir turbulensi dan meningkatkan downforce ketika digeber pada kecepatan tinggi.

Namun ketika harian, Brio ini tampil kalem dengan menggunakan bumper dan gril asli standarnya. Khas mobil berpenampilan sleeper, dengan tampang standar tapi tenaga sangar.

Kaki-kaki

Demi mendapatkan traksi maksimal, kaki-kaki menggunakan coilover Buddy Club N+. Spring rate-nya diset 10 kg/mm di depan dan 12 kg/mm di belakang.

“Sengaja belakang lebih keras. Supaya pas start, bodi enggak mendongak dan traksi di roda depan tetap optimal,” ujar Apit.

Untuk pelek dan bannya, Apit punya dua set. Ketika turun drag race, menggunakan pelek SSR Type C 15x8 inci, yang dibalut ban slick dari Mickey Thompson berprofil 24.5/8.0-15 di depan. Sementara di belakang menggunakan pelek ‘skinnies’ dari Tracklite, berukuran 15x3.5 inci yang dibalut ban Mickey Thompson profil 15x4.5.
 
Sementara untuk harian, menggunakan pelek Advan RG berukuran 16x7 inci, yang dibalut ban Toyo T1R berprofil 205/50R16. Untuk mengimbangi performa mesin, menggunakan rem bawaan Honda Prelude dengan diameter disc 286 mm di depan.

Data Modifikasi

Mesin: Engine swap K24A2, kepala silinder PRB-1 K20A, piston Arias 87 mm, setang piston Eagle, kem Skunk2 stage 3 2780 (in) dan 2820 (ex), injektor FID 1.000 cc, throttle body K-tuned 90 mm, bearing ACL Race, puli ATI, cam gear Drag Cartel, pre klep Supertech, gasket Golden Eagle, intake manifold Skunk2, fuel pressure regulator Aeromotive, air filter Unifilter, girboks OEM Honda Integra DC5, final gear RSX 4.3:1, gear ratio OBX, kopling single Ogura, shifterbox billet K-tuned, custom driveshaft, engine management stand alone Hondata K-Pro Version 4, exhaust set ORD,
Kaki-kaki: Coilover Buddy Club N+, pelek SSR Type C 15x8 inci, ban slick Mickey Thompson berprofil 24.5/8.0-15, pelek Tracklite 15x3.5 inci, Mickey Thompson 15x4.5, pelek Advan RG 16x7 inci, ban Toyo T1R 205/50R16, rem depan OEM Honda Prelude + disc 286 mm.
Bodi: Bumper depan & gril custom, rear drag wing custom aluminium, traction bar custom
Interior: Custom roll bar 6 titik, digital dash AiM Sports MXL