Mobil Terpeleset Karena Hujan, Cek Kondisi Ban Sebelum Terjadi

Panji Nugraha - Senin, 10 Februari 2020 | 21:30 WIB

Bahaya Ban Mobil Terpeleset Karena Hujan, Cek Kondisi Sebelum Terjadi (Panji Nugraha - )

 

Otomotifnet.com - Dalam musim hujan seperti saat ini, bersikap waspada dan meningkatkan kehati-hatian dalam berkendara menjadi hal yang wajib.

Kondisi jalanan yang licin, pandangan terganggu bisa menjadikan situasi normal menjadi berbahaya dalam seketika.

Walau begitu, pastikan kondisi kendaraan kita juga mesti fit.

Salah satu yang wajib dilakukan pengecekan adalah bagian ban.

(Baca Juga: Toyota New Avanza Pecah Ban, Pontang-panting Terguling, Atap Nyaris Gepeng)

Ban menjadi satu-satunya komponen dalam mobil yang bersentuhan langsung dengan permukaan aspal.

Pastikan kondisinya prima agar tetap mampu menjaga traksi terhadap aspal, meskipun kadang terhalang oleh genangan air.

Sebab saat hujan, pasti akan banyak genangan air di jalanan.

Ini kerap menyebabkan kondisi yang disebut aquaplaning atau hidroplaning.

Hidroplaning adalah kondisi saat ban tidak mendapatkan traksi pada permukaan jalan, lantaran terhalang oleh lapisan air.

Efek buruknya, mobil mirip papan luncur di atas air, cenderung sulit untuk dikendalikan, dan berisiko kecelakaan.

Meminimalisir situasi seperti di atas, saat berkendara melewati permukaan licin dan basah, pastikan melaju kecepatan di bawah ideal, dan sigap mengontrol arah kemudi.

Untuk itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan soal kondisi ban saat musim hujan, berikut penjelasannya. Rendy

(Baca Juga: Ban Mobil Botak Sebelah, Waspada Jadi Pertanda Kaki-kaki Bermasalah, Ini Penjelasannya)

Dok Otomotif
TWI atau Tread Wear Indicator, penanda batas ban sudah aus, tiap produsen punya tanda yang berbeda

TREAD WEAR INDICATOR (TWI)

“Yang wajib diperhatikan pada ban, terutama saat musim hujan ini adalah tingkat keausan ban,” kata Eddy Thendian, bos toko pelek Autoplus sekaligus gerai Pirelli Performance Center.

Bukan hanya melihat kondisi permukaan ban yang sudah gundul atau tidak, pengecekan paling mudah untuk keausan ban adalah melihat kondisi TWI alias Tread Wear Indicator.

TWI adalah indikator keausan pada ban, “Berbentuk tanda segitiga atau panah yang ada di dasar dinding ban (sidewall) dan umumnya terdapat enam (6) buah,” kata Eddy lagi.

Menurutnya, “Batas minimal ketinggian telapak ban adalah 1.6 mm diukur berdasarkan kondisi permukaan ketebalan telapak yang rata dengan tanda TWI,"

"Kalau sudah melewati batas tersebut, sebaiknya ban segera diganti,” jelas Eddy lagi.

Selain itu, kalau ban sudah terlihat lapisan serat benang atau bajanya, sebaiknya segera ganti baru.

Sebab, “Berbahaya! Bisa menimbulkan risiko pecah ban di tengah jalan,” kata Eddy lagi.

Kondisi ban yang sudah ketahuan aus juga lebih baik segera ganti deh.

Dok Otomotif
Ban yang punya pola tapak atau desain groove (alur/saluran) yang besar dan mampu mengevakuasi (membuang) air di permukaan dengan cepat

Di pasaran banyak produk ban yang punya pola tapak atau desain groove (alur/saluran) yang besar, dan mampu mengevakuasi (membuang) air di permukaan dengan cepat.

“Karena sudah pasti saat kondisi permukaan aspal basah, jarak pengereman akan lebih jauh dibandingkan saat kering,"

"Itupun tergantung juga ketinggian air dan juga kontur permukaan,” kata Fachrul Rozi, Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia.

Maka kehati-hatian itu sangat penting.

CEK TEKANAN ANGIN

Kalau kondisi fisik ban sudah dicek, maka selanjutnya adalah pastikan tekanan angin ban sesuai dengan spesifikasi.

Besaran tekanan angin, secara detail bisa diketahui lewat info di stiker Tyre-Loading Information yang biasanya menempel di pilar B sebelah kanan (sisi pengemudi).

“Ikuti petunjuk yang sudah tertera di tabel informasi tersebut,” wanti Eddy Thendian.

Biasanya pada stiker Tyre-Loading Information, ada tabel informasi tekanan angin standar untuk ban depan dan belakang, termasuk saat mesti membawa penumpang atau barang bawaan.

Dok Otomotif
Ikuti petunjuk yang ada di Tyre-Loading Information