Otomotifnet.com - Belakangan ini, umumnya mesin diesel sudah menggunakan teknologi commonrail, serta didukung turbo.
Mesin diesel modern ini selain hemat bahan bakar dan rendah emisi, juga punya power dan torsi yang tinggi.
Resiko penggunaan teknologi commonrail ini, harus memadukan teknologi mekanis dengan elektronik.
Namun praktek tidak semudah teori, kalau mesin diesel commonrail rusak, cukup repot untuk
diperbaiki.
Selain itu, mesin diesel commonrail banyak yang bilang alergi solar biasa. Seperti di daerah, pertambangan atau pedalaman yang sumber solarnya kurang jelas.
Resiko rusak sistem commonrail-nya selalu menghantui.
Hal tersebut yang membuat Giok Can dari Betawi Diesel, mengubah sistem commonrail Toyota Kijang Innova diesel miliknya jadi konvensional.
“Sistem kerjanya seperti mesin Isuzu Panther atau Kijang Diesel lama,” jelas Giok Can, yang bengkelnya di Jl. Kesehatan RT 005/009 Batuceper, Kota Tangerang.
Namun kata Giok Can, jika ingin mengubah sistem commonrail jadi manual tersebut, sebaiknya bagi yang mesinnya sudah rusak dan susah melacak sensor kelistrikannya saja.
“Untuk yang masih bagus mesinnya, tidak perlu diubah. Sayang kan!” sarannya.
Oke, langkah untuk mengubah sistem commonrail jadi konvensioal, feed pump, commonrail dan pipa-pipa bahan bakar asli Innova dilepas oleh Giko Can.
“Sebagai gantinya, saya pakai injection pump atau bosch pump milik Mitsubhisi L300,” jelas
pria yang sudah 30 tahun jadi mekanik diesel ini.
Lalu supaya hasilnya maksimal, dalaman injaction pump milik L300 hdilakukan modifikasi terlebih dulu. Seperti rotor head dibikin 12 mm pakai milik Toyota Rino, serta modifikasi komponen lainnya.
Dudukan injection juga harus dimodifikasi supaya bisa masuk di lubang baut feed pump pada mesin Innova Diesel.
Termasuk nosel atau injektor asli Kijang Innova, harus dimodifikasi.
“Sistem buka-tutup elektroniknya disumbat. Juga tekanan injektornya yang asalnya 300 psi, diturunkan jadi 200 psi,” jelas Giok Can yang punya alat kalibrasi commonrail dan injection pump model lama.
Jadi, sekarang sudah tidak ada lagi kelistrikan yang dipasang pada nosel atau injector bawaan mobil.
“Yang dipakai cuma kabel setrum 12 volt untuk On/Off solenoid pada injection pump milik L300. Jadi, walau ECU masih terpasang, hanya untuk menghidupkan indikator rpm mesin dan kecepatan mobil yang memakai transmisi matik ini,” jelasnya lagi.
“Dengan sistem konvensional ini, mudah diperbaiki dan mudah melacak sumber kerusakannya. Juga kalau noselnya mampet karena solar yang kotor, hanya perlu dibersihkan atau ganti plunger-nya saja,"
"Biayanya paling mahal Rp 1 juta,” bisiknya pada OTOMOTIF. Bandingkan jika masih menganut sistem commonrail, jika nosel rusak, harganya satu nosel bisa mencapai Rp 4 jutaan,"
"Terbayang kalau 4 nosel rusak, tinggal dikalikan 4 jadi Rp 16 juta tuh!
O iya, untuk mengubah sistem commonrail Innova diesel ini jadi konvensional, kata Giok Can biayanya sekitar Rp 15 jutaan.
“Pokoknya part-part-nya tinggal pasang, karena sudah disediakan injection pump, pipa-pipa dan braketnya. Namun nosel bawaan mobil harus dimodifikasi terlebih dulu,” tukasnya.
Hasil ubahan ini menurut Giok Can, performa mesin dan efisiensi bahan bakarnya beda sedikit dibanding commonrail.
“Jadi, jangan takut power mesin ngedrop sekali. Ini cukup membantu bagi yang tinggal di daerah yang sulit mendapatkan solar berkualitas, serta langkanya spare part commonrail,”
ujarnya.
Nah, untuk yang mau tahu lebih detail soal teknisnya, bisa kontak Giok Can di nomor 0812-9209-146. Aong