Otomotifnet.com – Umumnya mobil yang menggunakan dapur pacu dengan teknologi force induction macam turbocharger, oli mesinnya berbeda dengan mobil bermesin Naturally Aspirated (N/A) atau tanpa turbo.
Untuk mesin turbo bensin mobil-mobil keluaran sekarang, lazimnya menggunakan oli mesin dengan standar mutu atau API Service SN+.
“Sekarang desain mesin supaya hemat, cc-nya (dibikin, red) kecil, namun ditambahi turbo,” buka Hanifuddin, peneliti di Lembaga Minyak Bumi & Gas (Lemigas)
Masih kata Hanif sapaan akrabnya, untuk pemakaian dalam kota umumnya kita tidak butuh power, melainkan lebih mengutamakan efisiensi bahan bakar.
Baca Juga: Begini Cara Bandingkan Tingkat Penguapan Oli Beda Merek/Jenis
“Contohnya mesin 1.500 cc dengan turbo, di kota tidak perlu turbonya on biar irit. Berbeda bila mobil digunakan keluar kota, biasanya butuh kencang, sehingga turbonya on,” tambahnya.
Nah, ketika turbonya on, lanjut Hanif, ternyata turbo ini punya efek, “Karena dia mesinnya kecil atau kompak, ruangannya (silinder, red) kecil trus ada turbo, dia jadi lebih panas,” jelas Hanif.
Lantaran lebih panas, lanjutnya, di dalam ruang bakar ini tidak boleh ada kotoran sedikit pun.
“Jadi panas ini bisa membuat kotoran-kotoran tersebut berubah menjadi kayak hot spot, seperti titik nyala. Ini yang bisa memicu knocking atau pembakaran dini,” terangnya lagi.
Nah, oli dengan mutu SN+ tadi kata Hanif adalah oli yang diformulasikan untuk mencegah munculnya knocking untuk mesin kecil dengan turbo.
“Jadi di dalam oli SN+ itu aditifnya tidak ada kandungan abu yang banyak. Aditif kan kalau kena suhu panas sekali bisa berubah menjadi abu, namanya ash content,” lanjut Hanif.
Abu ini lah kata Hanif yang dapat menimbulkan hot spot tadi, “Sehingga memicu terjadinya LSPI atau low speed pre-ignition,” tutupnya.
Tuh gaes, jadi jangan salah pakai oli buat mobil turbo bensin Anda ya!