Otomotifnet.com - Kesempatan emas kembali didapat OTOMOTIF dari E-Motorsport, Importir Umum (IU) yang rajin memasukkan motor-motor besar eksotis dan langka.
Kali ini dikasih mencoba motor limited edition Ducati Diavel 1260 Lamborghini.
Unit yang dicoba memang istimewa, karena satu-satunya Diavel 1260 Lamborghini di Indonesia.
Menurut Elton Pratama, owner E-Motorsport, motor bernomor seri 495/630 ini telah dipinang oleh pencinta big bike asal Semarang, Jawa Tengah.
Baca Juga: Ducati Diavel 1260 Lamborghini, Limited Edition, Jatah Indonesia Segini
Apa keistimewaan lain dan bagaimana impresi pertama mengendarai motor yang pasti jadi incaran para kolektor ini? Yuk simak.
Sejarah
Sebelum mengulas perbedaan dengan Diavel seri 1260 biasa, kita bahas dahulu sejarah seri limited edition yang diluncurkan 25 November 2020 ini.
Dari namanya sudah jelas, ini merupakan produk hasil kerjasama antara Ducati dan Lamborghini.
Kok bisa? Tentu bisa, karena tak cuma sama-sama asal Italia, tapi keduanya sekarang berada di bawah naungan grup besar VW.
Ketika dua produsen asal Italia ini akan membuat satu produk bersama, CEO Ducati, Claudio Domenicali teringat saat menghadiri peluncuran Sian FKP 37.
Ini merupakan produk spesial Lamborghini yang dibuat terbatas, hanya 63 unit. Jumlah tersebut berdasarkan tahun kelahiran Lamborghini, 1963.
Atas dasar itu, akhirnya dipilih Diavel, model yang tergolong eksotik di jajaran Ducati, untuk dijadikan produk spesial dan diberi sentuhan dengan inspirasi dari Sian FKP 37.
Jika Sian FKP 37 jumlahnya ada 63 unit, Diavel 1260 Lamborghini dikalikan 10, jadi 630 unit.
Nah untuk nomornya tertera di pelat aluminium yang tertempel di sasis bagian kanan. Seperti disebut di awal, unit yang dicoba nomor 495 dari 630 unit yang diproduksi.
Baca Juga: Cek Kondisi Aki Maxi Yamaha Canggih, Bisa Pantau Dari Smartphone
Desain
Hasil paling kentara dari kerjasama antara desainer Ducati dan Lamborghini, tentu saja bisa dilihat di pelek aluminium forged yang dipakai, model palangnya dibuat persis milik Sian FKP 37.
Warna yang diaplikasikan pun sama, sebutannya Electrum Gold, keemasan agak coklat dan doff.
Kombinasinya dengan sentuhan polished di bagian palangnya, sehingga warna aluminiumnya keluar yang memberikan kesan lebih sporty.
Nah warna Electrum Gold juga disematkan pada bagian sasis tubular steel trellis, bagian bawah bodi belakang dan emblem pada jok.
Desain khas juga bisa ditemukan pada air intake di shroud tangki, termasuk juga radiator guard, yang bentuknya terinspirasi dari air intake Sian FKP 37 yang terletak di dekat roda belakang. Pada radiator guard, ini juga sekalian jadi rumah lampu sein.
Kemudian bentuk DRL Lamborghini yang mirip huruf Y atau Y-shape yang khas, diimplementasikan pada motif permukaan jok.
Bentuk khas segienam (hexagonal) lampu rem Lamborghini juga diturunkan ke Diavel, tapi bukan ke lampu, justru turun ke bentuk ujung knalpot yang terbuat dari serat karbon.
Selanjutnya bodi keseluruhan dibuat dari serat karbon, persis Sian FKP 37, yang dibalut dengan warna khusus, yaitu Gea Green dan kombinasi motif serat karbon.
Warna ini tentu lagi-lagi sama plek dengan yang ada di Lamborghini.
Baca Juga: Bikin Macho Honda Vario 125, Adopsi Setang dan Spidometer BeAT Street Aja
Warna merah khas Ducati tentu juga tak dilewatkan, bisa ditemui di bagian kaliper rem depan yang pakai Brembo M50. Unik ya, ngejreng sendiri!
Warna merah juga bisa ditemui di warna latar tombol sakelar ketika kontak on.
Penanda lain yang menunjukkan ini produk kolaborasi terlihat di permukaan tangki, ada lambang Lamborghini.
Sementara di spidometer ketika kontak dinyalakan akan muncul lambang berdampingan antara Ducati dan Lamborghini.
Fitur & Teknologi
Kalau bicara fitur dan teknologi, tentunya persis dengan yang ada di Diavel 1260 S, karena basisnya dari motor tersebut.
Sebagai contoh, sudah menggunakan smart key, untuk menyalakan sistem kelistrikan tinggal tekan tombol ignition di ujung depan tangki, termasuk mengunci setangnya.
Pada bagian spidometer, tentunya sudah pakai layar TFT dengan info yang tentu saja sangat lengkap, yang terpasang pada sisi bawah raiser setang.
Sedang di sisi atasnya ada layar tipis berisi info lampu-lampu, dari peringatan bensin, DRL sampai cruise control.
Baca Juga: PCX 160 Adopsi Pelek PCX 150, Lebih Padat, Anti Gasruk dan Pilihan Cakram Beragam
Nah pada bagian fitur elektronik memang sangat lengkap, bukan hanya cruise control, banyak perangkat untuk mendukung performa dan keselamatan.
Di antaranya terpasang sensor IMU 6 axis dari Bosch untuk membaca gerakan ke 6 arah, sehingga bisa jadi input pada ECU dalam mengontrol pengeluaran tenaga dan juga sistem rem.
Antara lain ada Bosch Cornering ABS EVO, Ducati Traction Control EVO (DTC), Ducati Wheelie Control EVO (DWC) dan Ducati Power Launch EVO (DPL). Ada juga Ducati Quick Shifter (DQS) up & down.
Untuk menyesuaikan kondisi jalan dan skill rider, terdapat 3 riding mode yang bisa dipilih, yaitu Urban, Touring dan Sport.
Tiap riding mode pakai kombinasi yang berbeda baik itu power, DTC, ABS, DWC dan DQS.
Pada bagian lampu-lampu, tentunya seluruhnya pakai jenis LED, dan di lampu utama terdapat DRL yang bentuknya khas Diavel.
Oiya kalau sein depan ada di radiator guard, yang sein belakang terpasang pada hugger.
Riding Position & Handling
Paling menyenangkan dari mengendarai motor cruiser tentu saat duduk, sama sekali enggak jinjit, tinggi joknya rendah, Diavel ini cuma 780 mm!
Jadi buat yang tingginya kisaran 165-170 cm pun akan mudah menapakkan kedua kaki.
Baca Juga: Dimodali Fairing, Aura Cafe Racer Benelli Motobi 152 Makin Kuat, Ganteng Ya!
Sehingga, walaupun bobot kering motor mencapai 220 kg, sama sekali tak kesulitan saat menegakkan dari distandar samping atau menahan saat berhenti, karena kedua kaki menapak dengan sempurna.
Saat kaki naik ke footstep, posisinya memang agak maju, rasanya cenderung santai tapi tak sampai selonjoran. Jadi masih sigap tapi juga rileks.
Saat meraih setang, ternyata letaknya terasa jauh, sehingga lengan jadi lurus dan badan agak ketarik ke depan.
Tentunya ini juga khas besutan cruiser, yang pas buat melahap trek lurus panjang.
Nah handlingnya ternyata tak seseram tampang dan bobotnya, gampang diarahkan dan masih cukup lincah karena sudut belok setang masih lumayan besar.
Selain itu, karena punya ground clearance rendah dan wheelbase panjang, 1.600 mm tentunya terasa sangat stabil di trek lurus.
Faktor pendukung kestabilan tentu saja dari kedua suspensi yang dipakai, depan belakang dari Ohlins fully adjustable yang mengawal ban ukuran 120/70ZR17 dan 240/45ZR17.
Performa
Sebagai dapur pacu, dibekali mesin 1.262 cc Testastretta V2 90° Desmodromic 8 katup berpendingin cairan dengan teknologi DVT (Ducati Variable Timing) dan Dual Spark.
Tenaga maksimal mencapai 162 dk di putaran mesin 9.500 rpm, torsi maksimal 129 Nm di 7.500 rpm.
Baca Juga: ZX-25R Jadi Superbike Hedon, Pelek Carbon Fiber, Habis Rp 250 Juta!
Dengan tenaga dan torsi sebesar itu, rasanya sangat lebih dari cukup kalau buat turing di jalanan Indonesia.
Saat pakai riding mode Urban, tenaga dan torsi yang keluar cenderung kalem tapi tetap padat, karena pakai yang Low.
Sesuai namanya ini pas banget dipakai di jalanan yang ramai atau saat ingin riding santai.
Sementara saat dipilih yang Touring penyaluran tenaganya lebih natural, antara bukaan gas dan repons mesin seirama, rasanya padat dan kuat.
Beda cerita jika pakai riding mode Sport, yang ini galak banget! Betot gas sedikit saja jambakannya dahsyat!
Apalagi pakai mode ini setingan ABS dan DTC pakai yang rendah, jadi tentu lebih mudah spin dan bisa diajak wheelie.
Data spesifikasi:
Tipe mesin: Testastretta V2 90°, Desmodromic 8 katup, berpendingin cairan, DVT (Ducati Variable Timing), Dual Spark
Kapasitas: 1.262 cc
Bore x stroke: 106 x 71,5 mm
Rasio kompresi: 13:1
Tenaga maksimal: 162 dk @9.500 rpm
Torsi maksimal: 129 Nm @7.500 rpm
Sistem bahan bakar: Electronic fuel injection system 56 mm elliptical throotle bodies with ride by wire system
Transmisi: 6 percepatan
Rasio akhir: 43/15
Kopling: slipper and self-servo wet multiple clucth with hydraulic control
Sasis: tubular steel trellis
Suspensi depan: Ohlins fully adjustable 48 mm usd fork with TiN treatment
Pelek depan: Light alloy, forged and machined 3.50x17
Ban depan: Pirelli Diablo Rosso III 120/70ZR17
Suspensi belakang: Ohlins fully adjustable monoshock, single sided aluminium cast swing arm
Pelek belakang: Light alloy, forged and machined 8.00x17
Ban belakang: Pirelli Diablo Rosso III 240/45ZR17
Jarak main suspensi: 120 mm/130 mm
Rem depan: 2 x 320 mm semi-floating disc, radial mounted Brembo monobloc 4 piston M50 callipers PR16/19 radial master cylinder, cornering ABS
Rem belakang: 265 mm disc, Brembo 2 piston floating calliper, cornering ABS
Bobot: 220 kg (kering) 246 kg (basah)
Tinggi jok: 780 mm
Jarak sumbu roda: 1.600 mm
Rake: 27°
Trail: 120 mm
Kapasitas tangki: 17 liter