Otomotifnet.com - Sesi first ride Honda CB150X yang diadakan di Sirkuit AHM Safety Riding Park di Cikarang, Jawa Barat tempo hari menyisakan banyak pertanyaan.
Contohnya segi posisi berkendara jika dipakai turing, akan seberapa nyaman.
Lalu performa mesin, khususnya tentang klaim power, top speed dan konsumsi bensinnya.
Nah, akhirnya rasa penasaran tersebut bisa terjawab di akhir Januari 2022 lalu, setelah unit tes CB150X bisa dieksplorasi selama 10 hari dengan total jarak lebih dari 860 km, dipakai buat harian dan tentu saja juga turing.
Bagaimana hasilnya? Yuk simak langsung tes motor yang saat ini dijual Rp 33.660.000 untuk versi standar, dan Rp 34.165.000 untuk yang Special Edition (SE) (OTR Jakarta).
Riding Position & Handling
Berhubung CB150X merupakan sebuah besutan sport adventure touring, maka kenyamanan dalam berkendara mulai dari posisi duduk, karakter suspensi sampai handling jadi fokus pertama yang dibahas.
Posisi duduk CB150X memang istimewa, segitiga berkendara yang dihadirkan sangat mendukung untuk perjalanan jauh dan lama.
Utamanya didapat dari letak setang yang tinggi dan lebar, dengan jok yang tak begitu tinggi (817 mm) dan letak pijakan kaki yang lebih maju dari jok.
Hasilnya posisi pengendara jadi santai, dengan punggung tegak dan tangan juga rileks. Tak heran untuk perjalanan lama dan jauh jadi enggak lekas lelah, betah deh!
Namun, sektor ini tetap ada catatannya. Ternyata busa joknya meski tebal tapi karakternya kaku mirip jok PCX, jadi di atas 30 menit pantat mulai terasa pedas.
Bagaimana dengan karakter suspensi dan handlingnya? Nah ternyata CB150X memang lebih cocok buat turing on-road, atau maksimal off-road ringan, misal jalanan gravel.
Hal itu tampak jelas dari ban yang digunakan dan karakter suspensinya.
Ban IRC Road Winner yang sama persis dengan yang dipakai CBR150R maupun CB150R model kembangannya memang lebih pas buat di aspal. Kalau di jalan tanah tentu cenderung licin.
Kemudian suspensi depan yang pakai upside down Showa SFF-BP 37 mm karakternya memang tergolong empuk, punya jarak main 150 mm, 30 mm lebih panjang dari milik CBR150R.
Redamannya sangat bisa diandalkan ketika melibas jalan tak rata atau agak rusak, bisa langsung “hajar” tanpa takut mentok.
Enaknya lagi, di jalan aspal dan dipakai ngebut karakternya masih anteng enggak sampai mengayun berlebihan.
Sementara suspensi belakang yang pakai monosok dengan pro-link meski spek per beda dengan CB150R, milik CB150X pakai per progresif dan jarak main lebih panjang jadi 60 mm dari 50 mm (CB150R), tapi secara karakter bisa dibilang mirip.
Untuk sebuah besutan bergaya adventure, suspensi belakang masih tergolong keras, terutama untuk berkendara sendirian.
Jadi ketika melewati jalanan rusak akan lebih nyaman jika sambil berdiri. Namun ketika dipakai ngebut di jalan aspal memang jadi stabil banget.
Dan saat berboncengan redamannya jadi terasa pas. Empuknya dapat, stabilnya juga masih oke.
Oiya karakter handlingnya menyenangkan, selain redaman suspensi mumpuni, CB150X juga terasa ringan dan lincah, maklum bobot cuma 139 kg.
Paling yang agak repot saat di kemacetan saja, setangnya yang lebar rawan menyenggol spion mobil.
Performa
Mesin yang digunakan CB150X merupakan dapur pacu berkode K56 seperti yang juga dipakai saudara dekatnya, CBR150R, CB150R, Supra GTR 150 sampai Sonic 150R.
149,2 cc 1 silinder DOHC 4 katup injeksi berpendingin cairan dengan transmisi manual 6 percepatan.
Meski basis mesin sama, tapi untuk masing-masing motor tentu dibedakan karakternya.
Termasuk juga di CB150X, Honda mengklaim tenaga dan torsi di putaran rendah sampai menengah lebih diutamakan, makanya tenaga maksimal jadi lebih rendah dibanding CB150R atau CBR150R.
Honda mengklaim tenaga maksimal CB150X hanya 15,4 dk (11,5 kW) di putaran mesin 9.000 rpm, itu beda 1,2 dk dari CB150R yang mencapai 16,6 dk (12,4 kW) di putaran yang sama. Sedang torsi maksimal sama, 13,8 Nm di 7.000 rpm.
Untuk membuktikannya OTOMOTIF membawa unit tes CB150X ke Sportisi Motorsport untuk tes dyno pakai mesin Dynojet 250i.
Tentu ingin tahu kebenaran klaim tersebut dan melihat karakter tenaga dan torsinya.
Lalu dibandingkan dengan data hasil dyno CB150R, yang kebetulan memang sudah ada datanya.
Dari hasil 6 kali run, CB150X mencatatkan tenaga maksimal terbaik di roda sebesar 13,77 dk di 7.770 rpm dan torsi 13,30 Nm di 6.950 rpm.
Putaran mesin dibatasi oleh ECM sampai 10.800 rpm saja.
Sementara itu, CB150R tenaga maksimal di roda dapat 15,01 dk di 8.860 rpm, torsi 13,35 Nm di 7.080 rpm.
Artinya, tenaga maksimal CB150X lebih kecil 1,24 dk, sedang torsi cuma selisih 0,05 Nm, atau bisa dibilang memang sama.
Jika diamati grafiknya, memang ada perbedaan antara CB150X dan CB150R.
Pada putaran mesin 5.000-6.500 rpm, tenaga dan torsi CB150X sedikit lebih unggul, namun 7.500 rpm ke atas sampai limiter tenaga dan torsi CB150R balik unggul.
Efeknya saat dipakai turing atau harian yang jarang butuh putaran tinggi, cukup main antara 3.000 sampai 7.000 rpm, karakter mesin CB150X memang menyenangkan, terasa bertenaga dan responsif.
Kalau sedang dibutuhkan tentu saja bisa digeber sampai mentok limiter, namun di putaran atas dorongan tenaga dan torsinya terasa datar, ditambah lagi muncul getaran mulai 7.000 rpm dan makin dahsyat di sekitar 10.000 rpm.
Getaran ini terasa di area pijakan kaki sampai tangki.
Dengan karakter demikian, maka jangan heran jika catatan waktu saat dites akselerasi pakai Racelogic bisa dibilang lebih lambat dibanding saudara dekatnya.
Contoh 0-100 km/jam, CB150X perlu waktu 15 detik, sedang CB150R hanya 13,3 detik. Data parameter lain bisa dicek di tabel ya.
Oiya ada hal menarik, yaitu top speed CB150X. PT Astra Honda Motor (AHM) mengklaim hanya 114 km/jam, namun nyatanya bisa lebih dari itu.
Digas tester berpostur 173 cm bobot 64 kg di spidometer mentoknya bisa 130 km/jam! Beda tipis dengan CB150R yang dapat 134 km/jam.
Bagaimana dengan panas mesin? Ternyata sangat bersahabat, walaupun sedang di kemacetan di siang hari yang terik, area kaki tetap nyaman, sama sekali tak ada rasa menyengat. Extra fan juga jarang banget bekerja. Mesinnya adem!
Catatan lainnya adalah tentang proses pindah gigi, untuk naik enggak begitu masalah walaupun sebenarnya kurang empuk.
Nah yang jadi masalah adalah saat turun gigi, tuas persnelingnya cenderung keras!
Malah kalau berhenti mendadak dan telat turun gigi secara bertahap, kadang sampai nyangkut enggan pindah, harus dipancing geber mesin dulu.
Padahal setelan kopling sudah disetel ulang. Mungkin memang karakternya begitu, atau olinya kurang bagus ya?
Sementara untuk koplingnya walaupun belum ada fitur assist & slipper clutch tuasnya tergolong ringan, di kemacetan enggak bikin jari lekas pegal.
Tapi juga enggak ada gejala slip, buktinya sangat mudah diajak wheelie.
Nah yang juga sudah jadi karakter motor sport bikinan AHM adalah rantainya, sudah berisik walaupun odometer belum 1.000 km.
Muncul suara kemrecek kendati sudah dikasih pelumas, mirip banget dengan yang sering dijumpai di CB150R maupun CBR150R.
Konsumsi Bensin
Punya rasio kompresi 11,3:1, CB150X tentunya masih cocok dikasih bahan bakar dengan RON 92 seperti Pertamax.
Dipakai harian, turing sampai uji performa mesin dengan total jarak lebih dari 860 km, ternyata konsumsi bensin rata-ratanya bisa dapat 45,3 km/liter!
Angka segitu tentu tergolong irit banget! Jauh dari klaim AHM yang disebut cuma 38 km/liter.
Bisa dapat segitu tentu karena karakter mesinnya memang enak main di putaran bawah sampai menengah, jadi pengendara jarang pelintir gas dalam-dalam.
Dengan kapasitas tangki 12 liter, sekali isi penuh CB150X bisa dipakai melaju sejauh kurang lebih 543,6 km! Wow dari Jakarta ke Semarang masih sisa!
Yang jadi catatan, bagian kondom tangki bagian belakang yang pakai plastik kasar ternyata sangat mudah tergores menyisakan baret-baret.
Tampaknya pasang tank pad jadi kewajiban pemilik CB150X nih.
Fitur & Teknologi
Membahas fitur, kita awali dari yang langsung terasa ketika berkendara, yaitu windshield.
Modelnya ramping tapi cukup tinggi, jadi efektif untuk menghalangi angin langsung ke badan. Saat turing tentu risiko masuk angin lebih minim.
Tapi perlu dicatat, saat berkendara dalam kota di siang hari yang terik, jangan pakai jaket tebal, karena jadi berasa gerah akibat embusan angin dari depan yang minim.
Setangnya yang pakai model tapered handlebar dibekali raiser tinggi dengan dasaran karet.
Efeknya getaran dari mesin bisa diredam secara maksimal. Jadi di putaran mesin tinggi kendati di pijakan kaki dan tangki getar, di setang aman.
Lampu-lampu yang semua sudah LED tampak modern, sayangnya sorot lampu utama terlalu tipis, buat rute luar kota tentunya kurang terang.
Jadi buat yang suka turing jauh, wajib banget nih pasang lampu tambahan.
Panel meternya full digital punya desain kompak dengan info antara lain; spidometer, takometer, gear position, jam, odometer, tripmeter A & B, fuel meter dan info konsumsi bensin A & B.
Nah yang menarik, di atas spidometer terdapat semacam topi, yang fungsinya mencegah silau ketika berkendara di siang hari.
Jadi walaupun layarnya belum negative display, angka spidometer tetap mudah dipantau.
Geser ke area roda, rem di kedua sisi kinerjanya sangat bisa diandalkan untuk menjinakkan laju CB150X, empuk dan pakem.
Depan pakai kaliper 2 piston, sedang belakang 1 piston. Piringan model bergelombang yang tentunya lebih mudah membuang kotoran yang menempel serta lebih kece.
Setelah mencoba sekian hari yang perlu jadi perhatian adalah letak kontak yang menjorok ke dalam dan tak ada tombol engine cut off, jadi ketika dalam kondisi perlu buru-buru mematikan mesin akan cukup sulit dilakukan secara cekatan.
Satu lagi, ternyata standar samping ukurannya sedikit kurang panjang.
Jadi saat diposisikan pakai standar samping, motor terlalu miring, jika di lokasi yang tak rata maka akan rawan roboh. Hati-hati ya!
Data tes Honda CB150X:
0-60 km/jam: 4,5 detik
0-80 km/jam: 8 detik
0-100 km/jam: 15 detik
0-100 m: 7,4 detik (@76,6 km/jam)
0-201 m: 11,6 detik (@92,6 km/jam)
0-402 m: 18,8 detik (@105,6 km/jam)
Top speed di spidometer: 130 km/jam
Top speed di Racelogic: 117,5 km/jam
Konsumsi bensin: 45,3 km/liter
Data spesifikasi Honda CB150X:
Tipe mesin: 1 silinder 4 langkah DOHC 4 katup
Sistem pendinginan: cairan
Sistem pengabutan: PGM-FI
Kapasitas mesin: 149,2 cc
Bore x stroke: 57,3 x 57,8 mm
Rasio kompresi: 11,3:1
Tenaga maksimal: 15,4 dk (11,5 kW) @9.000 rpm
Torsi maksimal: 13,8 Nm @7.000 rpm
Transmisi: manual 6 percepatan
Sistem starter: elektrik
Tipe kopling: majemuk, basah dengan coil spring
Pelumasan: basah
Kapasitas oli: 1,1 liter (penggantian periodik)
P x L x T: 2.031 x 796 x 1.309 mm
Jarak sumbu roda: 1.315 mm
Jarak terendah: 181 mm
Tinggi jok: 817 mm
Berat kosong: 139 kg
Kapasitas tangki: 12 liter
Tipe rangka: diamond, steel
Ban depan: 100/80-17 M/C 52P, tubeless
Ban belakang: 130/70-17 M/C 62P, tubeless
Rem depan: wavy disc brake
Rem belakang: wavy disc brake
Suspensi depan: Showa 37 mm inverted telescopic, 150 mm stroke
Suspensi belakang: lengan ayun dengan suspensi tunggal (sistem pro-link)
Sistem pengapian: full transisterized
Tipe aki: MF-wet 12V-5 Ah
Tipe busi: NGK MR9C-9N atau Denso U27EPR-N9