Sayangnya, penyetelan arah kisi-kisi AC-nya hanya satu-satunya, alias tidak dibikin terpisah antara penumpang bagian belakang sebelah kiri dan kanan.
Jadi misalnya penumpang sebelah kanan merasa gerah, dan arah embusan AC-nya diposisikan ke dia, maka penumpang yang kiri tidak kebagian.
Nah, lebih dari sejam duduk di jok belakang, mulai terasa bokong agak panas lantaran busa jok seperti kurang empuk.
Padahal itu tidak kami rasakan ketika duduk di baris depan, baik di posisi driver maupun penumpang.
Mungkin juga karena faktor guncangan ketika mobil melintas di jalan yang tidak rata atau rusak.
Baca Juga: Bodi Wuling Alvez Dicoret Karya Seni Dari Bartega, Hasilnya Jadi Gini
Karena bantingan suspensi belakang saat ban menghajar lubang, terasa agak stiff alias kaku.
Padahal kalau melintas di jalan rata meski tidak mulus, bantingan suspensinya kami rasakan cukup nyaman.
Selain itu, saat Otomotifnet.com kebagian jadi supir usai dari pantai Selilili menuju Yogyakarta, kami merasakan tarikan mobil agak sedikit berat di putaran bawah hingga di 3.000-an rpm.
Ini membuat kami kadang agak ragu untuk melakukan overtake dengan kondisi mobil terisi beban.
Hal itu juga diarasakan oleh beberapa awak media lainnya.
Perlu injak gas lebih dalam lagi agar mobil mau berakselerasi makin cepat.
Karena begitu putaran mesin di atas 3.000 rpm, baru deh tarikannya makin kuat.
Menurut Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors, memang karakter performa mesinnya seperti ini.
Baca Juga: Begini Karakter Perfoma Mesin Wuling Alvez EX Saat Digeber Di Trek Lurus
Bila ingin sensasi tarikan yang lebih agresif, kata Danang bisa menggunakan mode S, atau pakai mode manual.
Sekadar info, mesin yang digunakan pada Alvez mengambil basis dari Confero.
Mesin berkode N15 4 sliinder segaris ini punya kapasitas murni 1.485 cc, DOHC, DVVT.
Di atas kertas ia punya daya maksimum 105 dk di 5.800 rpm dan torsi puncaknya 145 Nm di 4.000 - 4.600 rpm .