Disinggung mengenai hubungan antara korban dengan tersangka KVGF.
Hakim tak menampik, pihak tersangka KVGF memiliki kecenderungan orientasi seksual berbeda.
Sehingga, meskipun keduanya berjenis kelamin laki-laki, namun mereka memiliki hubungan laiknya pacar.
"Yang disasar adalah orang-orang tertentu di penginapan. Karena salah satu tersangka yang kami tangkap adalah penyuka sesama jenis," pungkas Hakim.
Sementara itu, tersangka KVGF mengaku, mengenal korban hampir setengah tahun sebelum menjalankan aksinya, yakni kisaran pertengahan tahun 2022 silam.
Ia berkenalan dengan korban melalui sebuah aplikasi pertemanan khusus pria berinisial nama aplikasi androidnya WL.
Tersangka KVGF akhirnya mengajak korban berkencan di sebuah hotel kawasan tersebut.
Namun, ia bersiasat melakukan pemerasan terhadap korban dengan mengajak dua temannya bermodus mengaku sebagai Polisi.
"Ketemu korban lewat aplikasi Walla. Kenalan langsung ketemu. Sama korban kenal 5-6 bulan. Belum pernah kencan. Baru pertama kali itu," katanya.
Ditanyai mengenai alasan dan metode tersangka menerapkan modusnya. Tersangka NDPH kerap berdalih, melakukan kejahatan tersebut secara spontanitas saja.
Bahkan, ia juga berdalih, aksi kejahatan tersebut, baru pertama kali dilakukannya. Sebelum akhirnya ditangkap pihak kepolisian.
"Enggak ada. Spontan aja (mau meras). Cara ancamannya gak gimana-gimana. Saya cuma minta uang Rp 15 juta, kita ngaku Polisi, agar dia mengeluarkan uang," ujarnya.
Seandainya kejahatannya berhasil. Ia mengaku akan memanfaatkan uang hasil rampasan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mulai dari makan, membayar sewa kos, dan membeli skincare kecantikan untuk wajah termasuk tubuhnya.
Tersangka KVGF mengaku, penghasilannya sebagai pekerja salon kecantikan di Kota Kediri, yang pas-pasan, tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
"Ya buat perawatan, makan, kos. Saya (kerja) salon kecantikan di daerah Kediri. Baru datang (di Surabaya) 1 bulan sebelum kejadian. Ya dia korban mau ketemu, ya saya ajak ketemu," pungkasnya.
Di lain sisi, tersangka NDPH mengatakan, dirinya bertugas sebagai sopir dalam komplotan tersebut.
Sejak awal ia tak mengetahui apa-apa. Hanya saja pada malam itu, dirinya diajak oleh tersangka KVGF untuk menjemput di sebuah hotel dan diminta berlagak sebagai anggota Polisi.
"Spontan aja. Ya spontan aja, cuma dibuat menakut-nakuti. Saya ketemu di apartemen sama KV. Lalu saya disuruh mengaku sebagai Polisi. Saya dan KV baru sekali. Uang buat modal memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenal KV, berusan kenal, ya 1 bulanan," ujar tersangka NDPH.
Baca Juga: Toyota Avanza Babak Belur Diamuk Massa, Kelakuan Sopir Tergambar Dari Video