Sebab, lanjut Hendra, selain membuat pembakaran jadi tidak sempurna, kualitas bahan bakar yang jelek akan cepat menimbulkan deposit di dalam saluran bahan bakar, ruang bakar, hingga catalytic converternya.
“Gue pernah nemuin beberapa mobil Eropa, emisi gas buangnya buruk karena bahan bakar yang dipakai kualitasnya jelek. Walau pakai BBM dengan RON yang sesuai, tidak menjamin bahan bakarnya masih bagus,” jelasnya lagi.
Kalau dari analisanya, BBM dengan RON tinggi tersebut perputarannya di pasaran tidak terlalu banyak.
“Karena jarang yang konsumsi atau mobil jarang dipakai, BBM jadi lama ngendap di tangki penyimpanan, baik di SPBU maupun di tangki mobil, yang akhirnya muncul kondensasi. Ini yang bikin kualitasnya menurun,” terang Hendra.
Baca Juga: Motor dan Mobil Enggak Salah Salah Amat, Pengamat Bilang Polusi Terbesar Dari Hal Lain
Makanya ia menyarankan sebelum melakukan uji emisi, ada baiknya tambahkan additive yang bisa memperbaiki kualitas BBM dan membersihkan saluran bahan bakar ke dalam tangki.
“Bila perlu sekalian lakukan treatment gurah mesin atau minimal gurah EGR (Exhaust Gas Recirculation), serta purging saluran bahan bakar,” tukasnya.
Yap, seiring pemakaian kendaraan EGR bisa saja kotor oleh kerak karbon, dan ini bisa menyebabkan emisi gas buang jadi jelek.
“EGR ini ada mobil bensin maupun diesel. Contoh kalau di mobil bensin Suzuki seperti di Splash dan Vitara lama,” beber Wandi.
EGR ini berfungsi menurunkan kadar NOx yang dihasillkan dari proses pembakaran.
Yaitu dengan memasukkan kembali sebagian gas buang hasil pembakaran ke dalam intake manifold, yang kemudian akan disedot lagi ke dalam ruang bakar.
Nah, bila katup EGR ini sampai macet akibat ditumpuki kerak, otomatis bisa bikin gas buang jadi tidak ramah lingkungan.
Jadi, mobil-mobil yang belum lama pakai pun bisa saja mengalami masalah pada komponen-komponen yang tadi disebutkan jika perawatannya tidak baik.
Apalagi bila sering mengkonsumsi bahan bakar yang kualitasnya rendah.