Otomotifnet.com - Deloitte Indonesia berkolaborasi dengan Faundry, menggelar riset electric vehicle white paper bertajuk An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle (13/09/2023).
Hal ini seiring adopsi motor listrik di Indonesia yang mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir. Deloitte Indonesia menyebut motor listrik tumbuh 15 kali lipat.
Yakni terhitung sejak 2020 hingga 2022. Indonesia pun telah menjadi negara dengan populasi sepeda motor terbesar ke-3 di dunia.
Potensi tersebut juga menjadi peluang pasar bagi motor listrik di tanah air, yaitu menunjukkan peluang besar sebesar $19,2 Miliar, baik dari produsen maupun distribusi energi.
Melalui riset ini, bakal mengupas peta industri pemain motor listrik, serta analisis lebih dalam mengenai opsi dan dilema adopsi motor listrik.
Seperti charging atau swapping, perbandingan biaya dan infrastruktur untuk berbagai model yang ada, serta pandangan dari sisi regulasi.
Sejak 2019, pemerintah Indonesia terus memberlakukan peraturan untuk memberikan insentif kepada konsumen, mengurangi biaya produksi, dan mempercepat infrastruktur motor listrik.
Adapun ditargetkan pada 2030 sebanyak 31.000 stasiun pengisian daya, 67.000 stasiun pertukaran, 30% penjualan motor terdiri dari listrik, dan 13,5 juta sepeda motor elektronik di jalan.
“Beberapa hambatan motor listrik yang saya temui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas,” bilang Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Agus melanjutkan, apabila diperkuat dengan sistem swapping baterai tentu akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik.