Baca Juga: ODOL Ugal-ugalan Bikin Ngeri, Pengamat Bilang Biaya Logistik Tinggi Jadi Pemicu
Terkait hal tersebut, fokus dukungan Kemenhub mencakup kawasan Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Perbatasan (3TP), dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).
Serta meliputi dukungan pada Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), juga mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah.
Masih menurutnya, Kemenhub termasuk Kementerian yang mengantongi pagu anggaran cukup besar. Meskipun selama 10 tahun terakhir pagu anggaran Kemenhub berfluktuatif.
Pagu terbesar pada tahun 2015 sebesar Rp 65,13 triliun, sedangkan pagu terkecil pada 2022 sebesar Rp 33,48 triliun.
Berdasarkan kondisi tersebut, Menhub Budi memaparkan strategi Kemenhub adalah menggenjot pembangunan di tengah keterbatasan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
“Kita mengupayakan creative financing dari sektor swasta. Kita juga menyederhanakan layanan investasi, termasuk feasibility studies dan perijinan,” beber Menhub Budi.
Maksud dari creative financing adalah pembiayaan infrastruktur lebih dititikberatkan pada partisipasi sektor non Pemerintah. Sehingga pembiayaan infrastruktur tidak membebani APBN.
Baca Juga: Market Share Pulau Jawa Menciut, Penjualan Mobil di Kalimantan, Sumatara Hingga Sulawesi Membesar
“Pemerintah hanya membiayai 20% dari APBN. Selebihnya 80% dibiayai dari sektor swasta dan BUMN. Itulah yang kami sebut creative financing,” lanjutnya lagi.
Ia pun memaparkan data investasi di sektor transportasi periode 2020-2024, totalnya mencapai Rp 1.288 triliun.
Dari jumlah tersebut, Pemerintah merogoh kocek APBN sebesar Rp 266,64 triliun (20%), lalu BUMN sebanyak Rp 341 triliun (26%), dan sektor swasta sebesar Rp 702 triliun (54%).