Otomotifnet.com – Mobil yang terlihat di foto memang tidak jamak terlihat di ajang balap manapun.
Bahkan, sebelum dijadikan kuda pacu di ajang tanah, Toyota Etios Valco keluaran 2015 tersebut merupakan mobil untuk kejuaraan slalom.
Lah terus kok bisa pindah haluan? Simak ceritanya.
Toyota Etios Valco memang kurang populer untuk ajang balap. Karena sesama Toyota hatchback, Etios kalah pamor dibanding Yaris yang bermesin 1.500 cc.
Baca Juga: Toyota Etios Valco Hantam Tembok, Banting Setir Kejegal Selokan, Berakhir Hadap Langit
Di ajang slalom atau gymkhana, memang ada yang pakai mobil ini. Itupun sedikit.
Ketika awal-awal keluar hanya Toyota Team Indonesia (TTI) yang pakai. Kemudian tambah lagi Hongki Regina Sugianto.
“Pas bangun dan ikut, di kelas Etios ada TTI. Sudah pasti kalah dengan TTI. Karena pembalap mereka saja sudah 4. Kuota podium habis,”
“Kemudian pindah ke F, dan di situ juga lebih padat. Walaupun yang dinilai sampai 10, tapi kalau posisi di ujung terus males juga. Akhirnya mobil ini banyak nganggur karena saya bangun mobil lain lagi,” ucap Hongki, pemilik mobil.
Karena sudah ‘main’ di kelas modifikasi, mesin ganti pakai yang 1.500 cc. Arce Meyer didaulat mendudukkan mesin Vios.
Namun, karena jarang dipakai slalom, akhirnya dipindah tugaskan ke ajang sprint reli yang kembali digemari juga.
“Kebetulan Anjas (Anjasara Wahyu, red) pengin banget ikut sprint,”
“Akhirnya kita diskusi jadikan mobil ini bertanding di sprint,” tambah pria yang sudah 40 tahun berkecimpung di ajang motorsport Indonesia tanpa ada berhentinya ini.
Sepakat antara Hongki dan Anjas, Toyota Etios dikirim ke Jogja untuk dibangun jadi mobil sprint reli.
Bengkel Beagle Jogja Rally Team pimpinan Bukbis Pancawinarna kebagian order.
Di bengkel yang terletak di Sleman, Jogja itu mengerjakan semua perpindahan dari mobil slalom ke sprint reli.
Kemudian reinforce titik-titik yang penting, pemasangan sokbreker dan seluruh persiapan kalau akan ikut ajang sprint reli.
Mesinnya dibiarkan seperti bawaan slalom. Tetap menggunakan Toyota Vios yang berkode 1NZ.
Meski demikian, duet peslalom di kabin mobil sprint reli ini cukup menyita perhatian.
Anjas dengan modal juara nasional slalom tentu tahu cara handling mobil dengan sangat baik.
“Untuk rate mobil 1-10, Etios sebenarnya masih di 6. Saya di slalom terbiasa dengan rate mobil 9 atau lebih,”
“Jadi pas pakai Etios harus pintar-pintar cari trek yang bisa gas pol dan harus tahan supaya lebih awet,” jelas juara nasional slalom 2017 (Kelas A) dan 2019 (Kelas F) ini.
Ini terlihat ketika ajang lomba di Meikarta, Cikarang beberapa waktu lalu.
Pasangan Anjas dan Hongki jadi juara kelas F1 dan meninggalkan lawannya jauh sekali.
Untuk mesin, tenaganya terukur di mesin dyno sekitar 139,7 dk.
“Karena power mesin yang tidak terlalu besar ini, suspensi belum ada problem. Tapi inginnya sih tetap upgrade supaya kita tetap bisa fight dan pol di trek,” tambah pria berkacamata ini.
Perpaduan driver dan mesin yang pas, hasilnya sempurna di trek.
Editor | : | Toncil |
KOMENTAR