Otomotifnet.com – Lagi ramai tilang uji emisi di DKI Jakarta, dimana ada beberapa kendaraan yang emisi gas buangnya ternyata tidak ramah saat dites petugas.
Sekadar info, pada gas buang kendaraan terdapat beberapa gas berbahaya, yakni karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), karbon dioksida (CO2), dan Nitrogen Oksida (NOx).
Zat-sat berbahaya ini bukan cuma bakal mengganggu kesehatan manusia, namun juga berdampak buruk bagi lingkungan.
Mengacu Pergub DKI Jakarta Nomor 31 Tahun 2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan bermotor, untuk mobil bensin tahun produksi di bawah 2007, kadar CO-nya wajib di bawah 3,0 persen, dan HC di bawah 700 ppm (part per million).
Baca Juga: Modil Diesel Kena Modif Pol-polan Bisa Lolos Uji Emisi, Rahasianya Sebelah Sini
Sedangkan mobil bensin tahun produksi di atas 2007, kadar CO-nya harus di bawah 1,5 persen dengan HC di bawah 200 ppm.
Kemudian mobil diesel tahun produksi di bawah 2010 dan bobot kendaraan di bawah 3,5 ton, wajib memiliki kadar opasitas (timbal) maksimal 50 persen.
Sementara tahun produksi di atas 2010 dan bobot kendaraan di bawah 3,5 ton, wajib memiliki kadar opasitas maksimal 40 persen.
Nah, kandungan zat berbahaya tadi pada gas buang kendaraan ini bisa ditekan, bila pemilik kendaraan selalu merawat kendaraannya secara berkala.
Namun terkadang banyak pengguna mobil yang setelah mobilnya lewat masa garansi, kerap melakukan servis sendiri di rumah atau di bengkel umum biasa.
Itu pun kadang hanya sekadar ganti oli mesin atau oli transmisi saja, yang lainnya tidak.
Padahal ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan emisi gas buang jadi tidak ramah lingkungan.
“Filter udara kotor, busi dan kompresi lemah, juga bisa bikin emisi gas buang jadi jelek, karena dapat membuat pembakaran jadi tidak sempurna,” beber Suwandi, Service Advisor bengkel resmi Suzuki Sejartera Buana Trada (SBT) Pulogadung, Jakarta Timur.
Baca Juga: Tiga Bagian Ini Jadi Penentu Mesin Sehat Sekaligus Rendah Emisi
Tak hanya itu, pemakaian bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin pun dapat memicu emisi gas buang jadi jelek.
“Penggunaan bahan bakar sesuai RON yang direkomendasikan, sangat disarankan. Kalau RON (buat mesin bensin) atau Cetane Number (mesin diesel) bahan bakar yang digunakan tidak sesuai rekomendasi, pastinya akan berimbas ke emisi gas buang yang jelek. Dan efeknya juga akan timbul dalam jangka panjang,” papar Wiliyamsyah, Technical Leader Tunas Toyota Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Jadi meski mobil baru diservis ganti oli bahkan filter udara, bila businya (untuk mobil bensin) lama tidak diganti, kompresi mesinnya ternyata mulai lemah, lalu bahan bakar yang digunakan tidak sesuai, maka besar kemungkinan emisi gas buangnya jadi tidak ramah lingkungan.
Selain itu sangat penting pula untuk melakukan servis secara menyeluruh ke bengkel resmi atau bengkel umum yang memiliki peralatan lengkap, termasuk alat uji emisi.
“Selama service sesuai waktunya, mau mesin sudah 5 tahun pun akan tetap terjaga kualitas gas emisinya. Karena setiap ada komponen yang rusak di sistem pembakaran, akan terdeteksi dan diganti. Jadi mesin tetap prima walau sudah lama,” jelas Wili, sapaan akrabnya.
Misalnya setelah mobil diservis dan emisi gas buangnya masih buruk, “Harus dilakukan tune up atau penyetelan kembali supaya mesin bisa bekerja dengan normal.
“Serta mengganti perangkat di mesin seputar injektor dan lainnya apabila kondisinya sudah tidak baik,” tukas Wili.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR