Otomotifnet.com - Dua unit Toyota Voxy taksi terparkir di halaman kantor pusat PT Blue Bird Tbk di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (25/4/2024).
Dari warnanya tak ada yang berbeda dari taksi Bluebird pada umumnya. Tapi melihat fiturnya, armada yang dipajang ini berbeda.
Maklum, MPV yang biasa dipakai sebagai mobil keluarga ini punya tugas mengantar penumpang difabel, orang sakit dan lanjut usia.
Itu sebabnya, salah satu kursi di baris kedua dilengkapi motor elektrik yang membuat kursi dapat keluar dari kabin, memudahkan penumpang untuk duduk dan naik ke dalam mobil.
Lalu mengapa Bluebird mau merilis taksi dengan layanan khusus ini, apakah memang ada kebutuhan dari konsumen?
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Adrianto Djokosoetono mengungkapkan alasan di balik peluncuran armada baru untuk layanan yang dilabel Bluebird Lifecare Taxi tersebut.
"Urgensinya tidak terdengar. Tapi sejak diluncurkan pertama kali pada 2014, justru urgensi itu jadi terdengar. Sebelumnya mungkin tidak terdengar, bukannya tidak ada," ungkapnya.
"Setelah terdengar, kita melihat, maka kita lanjutkan. Kita canangkan akan serius untuk penuhi kebutuhan yang riil di masyarakat," lanjut Adrianto.
Sebagai informasi, layanan ini sudah ada sejak 2014 dan menggunakan Nissan Serena.
Kini, muncul penggantinya Toyota Voxy.
Adapun jumlahnya ada lima unit, tiga di Jakarta dan dua unit di Bali.
Adrianto enggan menyebut harga mobil dan tarif yang diberlakukan.
Namun ia mengakui harga mobil ini lebih mahal dari Toyota Voxy standar yang dijual umum di masyarakat.
Bahkan disebut harganya tak sebanding dengan tarif yang ditetapkan.
"Itu menunjukkan bahwa kita tidak mencari untung karena mobilnya terlalu mahal dibanding tarifnya. Bahkan kita ingin lihat lebih jauh bagaimana itu (tarif, red) bisa terjangkau," ucapnya.
Impor Dari Jepang
Bicara Toyota Voxy yang dipakai, mobil ini diimpor Completely Built Up dari Jepang.
Fitur kursi otomatis dirancang langsung dari pabrik, bukan hasil modifikasi karoseri.
Naik turun kursi untuk 'menjemput' dan memasukkan penumpang ke kabin dioperasikan oleh motor elektrik berdasarkan perintah dari remote maupun secara manual lewat tombol yang ada di di sisi kiri kursi.
Jadi penumpang dapat mengoperasikan sendiri kursi tersebut dengan mudah.
Proses turun dan naik masing-masing sekitar 30 detik dan berlangsung smooth.
Pintu tak akan tertutup kalau masih proses naik turun kursi belum selesai, ada alarm yang memberi peringatan.
Pengemudi juga tak akan bisa memasukkan gigi transmisi kalau bangku masih ada di luar kabin.
Soal kapasitas penumpang, muat 6 orang termasuk pengemudi dan penumpang pengguna kursi elektrik.
Bagian belakang kabin bisa dipakai untuk mengangkut kursi roda sampai sepeda.
Toyota Voxy menggantikan Nissan Serena yang artinya menyuguhkan level kenyamanan sekelas, tidak lebih rendah atau lebih tinggi yang konsekuensinya ada di tarif.
Menggunakan mesin bensin 2.000 cc bertenaga 170 dk dan torsi 202 Nm.
Pengemudi Khusus
Tentu, armada baru dan fitur mumpuni enggak cukup tanpa diiringi sumber daya manusia yang andal.
Itu sebabnya, pengemudi Bluebird Lifecare Taxi ini tak cukup hanya bisa menyetir, melainkan perlu memiliki pengetahuan tentang menangani penumpang beragam kondisi.
Andi Muhammad S, pengemudi Bluebird Lifecare Taxi mengungkapkan ada beberapa pelatihan yang diberikan sebelum diizinkan mengoperasikan armada khusus ini.
"Misalnya cara mengangkat pasien dan melipat kursi roda," ucapnya.
Menurut Andi, ada pasien yang masih bisa berjalan namun ada juga yang tak bisa berjalan sama sekali sehingga perlu ditopang olehnya dan pendamping pasien saat memasuki kabin mobil.
"Ada juga penumpang yang mengalami patah kaki, jadi enggak bisa duduk di kursi tengah karena kakinya tak bisa ditekuk. Sehingga penumpang duduk di kabin belakang," terang pria yang sudah sejak 2014 menjadi pengemudi layanan ini.
Untuk penumpang dengan kursi roda, tetap duduk di kursi roda namun menempati bagian belakang kabin.
Ada tali pengikat khusus agar kursi roda kokoh pada tempatnya saat mobil melaju.
Ia lantas mengungkapkan salah satu pengalamannya membantu korban kecelakaan sepeda.
"Saat itu ada peserta sepeda mengalami kecelakaan tertabrak rekannya. Kebetulan saya sedang menuju rumah sakit untuk menjemput pasien lain. Akhirnya korban dan dua sepeda saya masukkan ke mobil," paparnya.
Tugasnya bukan hanya antar dan jemput saja, ada kalanya ia menunggu pasien yang tetap berada di mobil saat pemeriksaan.
"Ada layanan tunggu pasien. Jadi pelanggan tetap di dalam mobil, dokter yang mendatangi pasien untuk melakukan pemeriksaan," terang Andi.
Satu lagi tantangan membawa unit Bluebird Lifecare Taxi, yakni harus bisa mengemudi dengan nyaman.
"Kadang ada pasien yang mengerang kalau ada guncangan di jalan, jadi perlu berhati-hati," ujarnya.
Layanan Diperluas
Saat ini, armada Bluebird Lifecare Taxi yang dioperasikan baru sebanyak lima unit. Namun operasionalnya dipelajari terus agar bisa semakin terjangkau.
Bukan hanya tarif namun juga jumlahnya sehingga mampu melayani semakin banyak pelanggan yang membutuhkan.
Soal penumpang, menurut Adrianto, ada lima rumah sakit yang rutin menggunakan jasa ini.
Pihak rumah sakit sudah tahu jika Bluebird punya layanan tersebut, lantas menginformasikan pada pasien rutinnya untuk menjadwalkan pemakaian Lifecare Taxi.
Meski demikian, armada ini bisa dipesan seperti taksi biasa. Bahkan rutenya tak harus dari rumah sakit ke kediaman pasien atau sebaliknya.
Bisa dari mana dan ke mana saja layaknya taksi reguler.
"Maka itu konsepnya taksi, bukan angkutan khusus rumah sakit. Mau mobilitas apa saja boleh, selama di wilayah operasional mobil," terang Adrianto seraya mengungkapkan wilayah operasional seputar Jabodetabek.
Satu catatan yang menarik, meski tarif berlaku diakui tarif premium, untuk penumpang yang kurang mampu diharapkan bisa menjangkau tarif tersebut.
"Untuk penumpang yang kurang mampu menjangkau tarif nantinya akan dibantu agar bisa menjangkau tarif," ungkapnya.
Lalu darimana dananya, apakah ada kontribusi dari pihak ketiga?
"Subsidi dari kita. Tapi mekanismenya kita perlu ke instansi terkait juga. Makanya kita belum launch. Ke depan kita akan launching fasilitas itu," papar Andrianto.
Dalam kesempatan ini, Prof Dr. Tri Budi W Rahardjo, drg. MS, Guru besar Gerontologi & Penasihat Centre for Family and Ageing Studies (CeFAS) Universitas Respati Indonesia menyambut positif layanan Lifecare taxi.
"Ini merupakan inovasi transportasi yang bermartabat, mudah diakses dan ramah juga aman khususnya untuk kalangan lanjut usia," ujar Tri Budi yang juga anggota Kelompok Kerja Kesehatan Lanjut Usia Kemenkes.
Editor | : | Iday |
KOMENTAR