Serem...Patroli Jalan Tol Ungkap Pengalaman Evakuasi Organ Tubuh Korban Kecelakaan

Kamis, 1 Juni 2017 | 10:08 WIB

TANGERANG-Menjadi petugas patroli jalan tol ternyata bukan hanya bisa melaporkan kondisi jalan yang diawasinya.

Tapi juga harus punya mental kuat menghadapi peristiwa-peristiwa tragis yang terjadi.

Seperti dikisahkan Rahmatulloh, Manajer Pelayanan Lalu Lintas dan Informasi Operasional Astra Infra Toll Road yang sepuluh tahun ini mengawasi kondisi tol Tangerang-Merak.

Komandan dari 150 anggota ini memegang tugas yang berhubungan dengan lalu lintas, kecelakaan hingga keamanan dan ketertiban di jalan tol.

Tak heran, banyak pengalaman menghadapi kejadian memprihatinkan soal kecelakaan.

“Kecelakaan bisa terjadi kapanpun meski infrastruktur sudah dipenuhi. Seperti rambu dan guidance. Tapi soal kecelakaan kendaraan umumnya pengaruh manusia,” ucap Rahmat, demikian ia disapa.

Adapun pengalaman mengenaskan yang pernah dialami Rahmat ketika ia tidak bisa mengindentifikasi apakah korban yang sudah tidak berbentuk lagi di hadapannya adalah manusia atau binatang yang tertabrak.

“Korban yang tidak terindentifikasi karena sudah tergilas kendaraan di belakangnya , kadang-kadang bikin kita bingung, ini (bagian tubuh) orang atau binatang. Begitu ditemukan potongan pakaian atau sarung barulah kita tahu itu manusia,” terang Rahmat.

Di situlah ia dan timnya harus mengesampingkan perasaan saat mengevakuasi korban.

“Kami harus memisahkan kemampuan melakukan pertolongan dan perasaan iba. Sebab petugas kan juga ngeri,” lanjutnya.

Ia juga pernah mengevakuasi korban dengan kondisi kepala terpisah dari badan. Hal tersebut terjadi akibat tabrak belakang.

“Ngeri, itu terjadi karena tabrak belakang. Trailer menabrak sedan di depannya sehingga masuk ke kolong trailer,” ucap Rahmat.

Maka itu, menenteng organ-organ tubuh manusia yang terpisah saat evakuasi korban kecelakaan fatal merupakan bagian dari tugasnya.

Tapi, bukankah kecelekaan harus ditangani pihak kepolisian?

Menurut Rahmat, tim rescue jalan tol memiliki kewenangan mengevakuasi korban.

“Tim evakuasi diberi kewenangan sepanjang proses dokumentasinya kita lalui.”

“Sebab biasanya ada proses investigasi TKP, itu harus sesuai prosedur yang disepakati dengan kepolisian. Karena kita juga mengejar kecepatan untuk menormalkan lalu lintas,” terang Rahmat.

“Tetapi sering juga kita lakukan bersama-sama dengan kepolisian,” lanjutnya seraya menjelaskan dokumentasi tersebut berupa memotret lokasi kecelakaan dan posisi-posisi korban.

Pengalaman lan yang enggak kalah menyeramkan adalah ketika sekitar dua minggu lalu ada truk tangki BBM berkapasitas 32 ribu liter, salah satu sekat tangkinya sobek.

Sehingga BBM mengguyur ruas jalan yang dilewatinya.

“Tangki kapasitas 32 ribu liter terdiri dari empat sekat. Satu sekat sobek, sekitar 8000 liter tumpah ke jalan radius 100 meter.”

“Sehingga kita harus kordinasi dengan Pertamina karena enggak bisa disemprot air,” terang rahmat.

“Itu sangat menakutkan. Kebayang kalau ada pengguna jalan buang puntung rokok.”

“Truk tangkinya melintang. Jadi kami strerilkan jalan 200 meter.”

“Untung kita bekerja sama dengan Pemda, jadi bisa disemprot foam sebelum Pertamina datang.”

“Penyebabnya, diperkirakan tangki BBM sobek setelah bersinggungan dengan kendaraan berat lainnya,” ulasnya.

Atas kejadian seperti ini, pihaknya sudah memperkirakan potensi-potensi kecelakaan yang terjadi.

“Cilegon itu daerah industri, wilayahnya bahan kimia. Kami sadar potensi itu ada,” ujarnya.

Adapun jumlah kecelakaan di ruas tol Tangerang-Merak mencapai 500 kasus pertahun atau 1,8 kali per hari.

Hingga Mei ini, sudah 200 kejadian kecelakaan terjadi.

Angka ini menurut Rahmat cenderung menurun sebab di tahun-tahun sebelumnya di atas 1.000 kejadian.

“Saya kira kecelakaan diawali oleh pelanggaran. Sehingga kami imbau pengguna jalan hindari pelanggaran. Seperti menyalip di bahu jalan itu ada PP No. 15, di UU Lalu Lintas No. 22 juga diatur itu.”

“Kami sendiri menyiapkan diri dengan menyediakan alat-alat evakuasi yang baik. Kami punya dua kendaraan khusus alat evakuasi korban tersulit yang dioperasikan secara hidrolik,” pungkas Rahmat.

Nah, jadi mengemudilah dengan tertib. (Otomotifnet.com)