Otomotifnet.com – Pasti sobat pernah dengar atau sudah tahu yang namanya knock sensor atau knocking sensor.
Dulu komponen ini jarang ditemukan di mobil entry level maupun motor cc kecil.
Umumnya dipakai di mobil-mobil kelas premium, serta di motor besar berperforma tinggi.
Sekarang, komponen ini mulai jamak digunakan di mobil-mobil kelas bawah sekalipun.
Baca Juga: Suzuki Eriga GX A/T Tes Pakai Busi Lama Vs Baru, Hasilnya Bikin Kaget!
“Semua mobil bermesin injeksi rata-rata sudah pakai knock sensor,” bilang Suwandi, Service Advisor bengkel resmi Suzuki Sejahtera Buana Trada (SBT) Pulogadung, Jakarta Timur.
Sesuai namanya, tugasnya adalah membaca terjadinya knocking atau ngelitik di ruang bakar.
Saat detonasi terbaca oleh knock sensor, maka sensor ini akan mengirim input ke ECU.
Kemudian ECU akan menyesuaikan ulang timing pengapian yang sesuai (umumnya timing diimundurkan), agar tidak lagi terjadi knocking atau detonasi.
O iya, sekadar informasi, knocking atau detonasi atau sering juga disebut ‘ngelitik; karena suaranya ‘tik-tik-tik..’, yaitu kondisi terjadinya pembakaran sebelum api dari busi menyala.
Munculnya detonasi menurut Tri Yuswidjajanto, dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pernah Otomotifnet.com wawancarai.
“Terjadi akibat bahan bakar terbakar dengan sendirinya terlebih dahulu, karena tak kuat oleh tekanan (kompresi, red).”
“Kemudian berikutnya baru ada nyala api busi. Nah, tumbukan gelombang pembakaran dari keduanya ini yang menimbulkan bunyi ngelitik itu,” terang Pak Yus, sapaan akrabnya.
Baca Juga: Suzuki Ertiga dan XL7 Disuguhkan Mesin Diesel Terbaru? SIS : Kami Tertarik!
Penyebab dari ngelitik ini bisa terjadi karena beberapa hal.
“Bisa karena kompresi terlalu tinggi, atau kualitas bahan bakar yang dipakai kurang baik,” jelas Suwandi.
Makanya pada mobil-mobil keluaran sekarang yang mesin berkompresi tinggi, dari pabrikan pasti dianjurkan menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan minimum tertentu.
Jadi, bila pemilik mobil menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai dan muncul kendala ngeltik ini, jangan salahkan pabrik, hehehe..
Lantas bagaimana bila sudah pakai bahan bakar yang sesuai, tapi masih muncul ngelitik?
“Ada kemungkinan kualitas bahan bakarnya enggak bagus, atau ruang bakar sudah telalu kotor oleh deposit,” terang Suwandi lagi.
Namun jika kualitas BBM sudah oke dan ruang bakar masih bersih?
“Bisa jadi kinerja busi jelek, atau ada masalah di ECU,” tukas Wandi, sapaan akrabnya.
Baca Juga: Suzuki Ertiga Dreza, Mesinnya Kelar Digurah, Larinya Jadi Seperti Ini!
Kejadian ECU bermasalah ini kata Wandi pernah terjadi di Suzuki Ertiga generasi awal.
“Tapi tidak banyak, dan ECU yang masalah ini terjadinya di unit baru, bukan yang sudah dipakai lama. Setelah diganti baru ECU-nya, langsung hilang knocking-nya,” paparnya.
Selain kemungkinan yang sudah disebutkan di atas, knock sensor bermasalah juga bisa menyembabkan mesin gampang ngelitik.
Sialnya, bila kerusakan knock sensor belum parah, indikator engine check di panel instrumen spidometer kata Wandi tidak akan menyala.
“Belum parah di sini seperti pembacaan tahanannya tidak sesuai standar, jadi belum benar-benar mati sensornya,”
“Kerusakan seperti ini baru bisa dideteksi pakai scanner, nanti akan keluar DTC (diagnostic trouble code),” jelasnya.
Status DTC pun kata Wandi ada 3 macam, yaitu Pending (belum satu siklus), Current (fix rusak), serta History (pernah rusak tapi balik normal lagi).
Untuk dua status pertama disarankan untuk dilakukan penggantian sensor dimaksud, bila ingin kinerja mesin normal ke depannya.
Sementara jika statusnya pernah rusak dan balik normal lagi, "Jika muncul error lagi, mending ganti," saran Wandi.
Tapi jika pernah rusak, atau soketnya pernah dilepas dan sudah diperbaiki, "Bila tidak muncul gejala error, ya tidak perlu diganti," tutupnya.