Telur Ayam Sampai Menetas di Bak, 3 Bulan Truk Ekspedisi Terlantar di Pelabuhan Lembar Lombok

Irsyaad W - Sabtu, 4 September 2021 | 06:30 WIB

Beberapa dari puluhan sopir truk ekspedisi yang sudah 3 bulan terlantar di pelabuhan Lembar, Lombok menunggu kapal Egon (Irsyaad W - )

Otomotifnet.com - Puluhan sopir truk ekspedisi terlantar di Jembatan Timbang dan Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Mereka sudah hampir 3 bulan bertahan hanya untuk menunggu kapal Egon atau Kapal Pelni berkapasitas besar tujuan Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Namun menurut informasi, kapal Egon tersebut tengah docking alias perawatan di Semarang, Jawa Tengah.

Truk-truk dengan muatan 8-10 ton tersebut terparkir rapi di depan bekas bangunan Jembatan Timbang, Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.

Rata-rata mereka membawa barang keras, meskipun sebagian ada yang membawa sembako dan barang-barang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang akan dibawa ke Waingapu.

Baca Juga: Pasar Caringin Viral, Oknum Polisi Sampai Sekuriti Pungli Total Rp 1 Juta ke Sopir Truk Kontainer

Kompas.com/Fitri Rachmawati
Puluhan sopir truk ekspedisi yang bertahan hampir 3 bulan di pelabuhan Lembar, Lombok karena menunggu Kapal Egon yang docking di Semarang, Jateng

Saking lamanya menunggu, bahkan menurut Adi Lado (43), salah satu sopir truk bercerita, ada truk lain yang membawa muatan telur ayam sampai menetas di bak truk.

Lantaran terlalu lama di bak truk yang panas hingga telur ayam tersebut menetas.

Adi sendiri membawa barang-barang untuk rumah sakit di Waingapu.

Dirinya berharap pemerintah segera mengirimkan kapal pengangkut barang pengganti sehingga mereka bisa segera mengirimkan muatan ke tujuan.

"Saya berharap kepada Presiden Joko Widodo agar memperhatikan nasib kami. Kirimkanlah kami kapal pengganti Egon agar kami bisa segera menyeberang ke Sumba," kata Adi.

"Kami dari sopir ekspedisi Sumba. Kami butuh kapal Egon segera, kami bawa logistik. Kami minta kapal Egon bisa empat kali dalam sebulan," kata Adi.

Sementara itu, Yan Rara Lunggi (25), salah satu sopir truk mengaku terpaksa menjual cincin kawinnya untuk mengirim uang ke Sumba.

Ia sudah hampir dua bulan bertahan di Lombok Barat. Gaji sebulan yang mencapai Rp 3 juta habis untuk memenuhi kebutuhan hidup selama di Lombok.

"Gaji satu bulan untuk makan, dan satu bulan untuk dikirim ke keluarga, tapi masih kurang. Keluarga di Sumba harus terpenuhi kebutuhannya, terpaksa saya jual cincin kawin saya," kata Yan sedih.

Dia mengatakan ke istrinya bahwa belum ada kepastian kedatangan kapal Egon. Hal itu membuat istrinya dengan terpaksa mengizinkan dirinya menjual cincin kawin yang sangat berharga dan sakral bagi pernikahan mereka.

Baca Juga: Sistem Kerja Pengemudi Truk di Indonesia Bikin Haru, BBM Sampai Pungli Ditanggung Sendiri

Kompas.com/Fitri Rachmawati
Kondisi para sopir truk yang terlantar di pelabuhan Lembar, Lombok karena menunggu kapal Egon

"Tak ada kepastian kapal Egon membuat cincin perkawinan saya terjual, tapi cinta tak akan saya jual," kata Yan Rara.

Seperti Adi, Yan Rara juga berharap ada kapal pengganti agar mereka bisa segera ke Sumba.

"Harapan kami ketika kapal Egon docking, sebaiknya ada kapal lain yang menggantikan untuk sementara waktu. Karena tak ada kapal pengganti, terjadi penumpukan seperti saat ini," ucap Yan Rara.

"Kami juga kesulitan makanan dan terpaksa menjual barang-barang kami untuk membeli makan dan mengirim uang untuk anak istri di Sumba," kata Yan Rara Lunggi.

Penderitaan belum selesai, sopir truk lain bernama Umbu Domu Ninggedi (43) yang membawa barang bantuan dari gereja untuk korban gempa sempat dimaki-maki pemiliknya.

Ia mengaku sempat bingung karena pemilik barang berkali-kali meneleponnya dan menganggapnya mengada-ada telantar di Lombok Barat.

"Pemilik barang marah-marah pada kami. Ini hampir semua sopir truk di sini ditelepon dan dimaki-maki pemilik barang," beber Domu.

"Mereka tidak tahu bagaimana keadaan kami sebenarnya. Kami menderita juga di sini, makan sulit, uang menipis. Bayangkan, sampai tiga bulan saya di sini tanpa kejelasan kapal Egon akan datang," kata Domu.

Lamanya para sopir ekspedisi yang telantar di Pelabuhan Lembar bervariasi, tetapi rata-rata selama dua bulan.

Informasi terkini, kapal Egon telah merapat di Surabaya setelah menjalani docking di Semarang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Aksi Pemalakan Kambuh Lagi, Sopir Truk Mengaku Akan Terus Terjadi Meski Sudah Diberantas

Hal ini disampaikan Koordinator Staf PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT Pelni) Wilayah Ampenan, NTB, Mustofa.

"Kemarin kapal berangkat dari Semarang dan sekarang sudah merapat di Surabaya, tidak rusak, hanya menjalani docking tahunan," kata Mustofa, (3/9/21).

Berdasarkan jadwal rutenya, KM Egon yang merupakan kapal penumpang dan barang ini berlayar dari Lembar ke Pelabuhan Waingapu, Sumba, NTT.

Kemudian, kembali ke Lembar lagi, lalu menjalani sejumlah rute ke Surabaya-Batulicin-Pare Pare-Bontang dan kembali lagi ke Pare Pare-Batulicin-Surabaya dan Waingapu.

Sumber: https://regional.kompas.com/read/2021/09/03/092900978/puluhan-sopir-truk-bertahan-3-bulan-menunggu-kapal-jual-cincin-kawin-dan?page=all dan https://regional.kompas.com/read/2021/09/03/164942978/duduk-perkara-puluhan-sopir-truk-telantar-3-bulan-tunggu-kapal-di-lombok?page=all