Otomotifnet.com - Ada info mengejutkan di balik kasus penembakan oleh Polantas terhadap dua orang di exit tol Bintaro, Jakarta Selatan.
Warga Bekasi inisial SA yang juga berprofesi sebagai wartawan mengungkap sosok kedua korban penembakan.
SA menyebut, korban berinisial MA (60) dan PP (43) merupakan Paparazzi.
Mereka berdua tergabung dalam kelompok Paparazzi yang menguntit seseorang untuk tujuan pemerasan dengan modus mengancam dan mengaku-ngaku sebagai wartawan.
"Mereka mengaku-ngaku wartawan untuk mengancam sasarannya. Tujuannya ya memeras, untuk mendapat uang," kata SA.
Baca Juga: Sosok Misterius Inisial O, Awal Mula Penembakan Oleh Polantas Ke Dua Orang di Exit Tol Bintaro
Terutama kata SA, adalah mereka yang berselingkuh dan bermain perempuan.
SA enggan identitasnya disebut dengan jelas dan meminta dirahasiakan. Namun ia mempersilakan menuliskan informasi yang diketahuinya.
Seperti diketahui, Polda Metro Jaya memastikan kasus penembakan di exit tol Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan dilakukan oleh Polantas angggota PJR Polda Metro Jaya, yakni Ipda OS, (27/11/21) dinihari.
Berawal dari Ipda OS mendapat laporan dari warga inisial O yang belakangan disebut-sebut Staf Khusus DPRD.
Inisial O ini melapor ke Ipda OS jika Suzuki Ertiga nopol B 1879 RFJ yang dibawanya dikuntit beberapa mobil, termasuk ada MA dan PP sejak dari Hotel Kedaton, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Lalu Ertiga diarahkan inisial O ke exit tol Bintaro sesuai instruksi Ipda OS dan terjadi aksi penembakan tersebut.
Namun, dari kasus ini, Ipda OS belum ditetapkan menjadi tersangka dan masih diperiksa Propam.
Sebab ada kemungkinan ia hanya membela diri atau melindungi masyarakat yang dalam kondisi terancam keselamatannya.
Sementara Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat mengakui, peristiwa penembakan di exit tol Bintaro dipicu karena MA dan PP menguntit seseorang.
Tubagus mengatakan, awalnya Ipda OS mendapatkan laporan dari masyarakat inisial O yang mengaku diikuti oleh beberapa mobil dari sebuah Hotel di Sentul, Bogor, Jawa Barat, sejak(26/11/21) malam.
Baca Juga: Kurang Bukti, Polda Metro Belum Jadikan Polantas Penembak di Exit Tol Bintaro Tersangka
Kemudian, Ipda OS meminta saksi menepi di Kantor Patroli Jalan Raya (PJR) IV Jaya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan untuk mendapatkan perlindungan.
"Karena terancam orang tersebut lapor ke kepolisian. Karena anggota Polri berdinas di sana diarahkan menuju ke sana agar aman," tuturnya di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, (30/11/21).
Kata Tubagus, menurut keterangan saksi saat mobil penguntit yang diisi oleh korban MA dan PP berhenti dan Suzuki Ertiga saksi O berhenti sempat terjadi keributan di lokasi tersebut.
Saat itu, Ipda OS mendengar suara satu kali tembakan yang mengaku polisi.
Kemudian mobil korban disebut hendak menabrak saksi sehingga Ipda OS mengeluarkan tembakan dan mengenai dua korban yakni PP dan MA.
"Berdasarkan keterangan sementara, terjadi peristiwa ribut di situ, lalu dengar satu tembakan mengaku polisi. Kemudian keterangan saksi mau ditabrak dan terkena tembakan dua kali yang mengenai korban," jelas Tubagus.
Menurut Tubagus, akibat peristiwa itu dua orang alami luka tembak.
Kemudian setelah dilarikan ke Rumah Sakit Kramat Jati satu korban inisial PP meninggal dunia karena luka tembak.
Namun dalam konferensi pers, Tubagus tak menjelaskan maksud dan tujuan MA dan PP membuntuti Suzuki Ertiga milik inisial O.
Melansir dari Wartakotalive.com, informasi yang didapat menyebutkan ada tiga mobil yang membuntuti O sejak keluar dari Hotel Kedaton, Sentul, Bogor.
Baca Juga: Penembakan di Exit Tol Bintaro, Identitas Kendaraan Pelaku Masih Disembunyikan Polisi
"Informasinya awalnya 3 mobil, tapi gak tahu berapa orang. Tapi MA dan PP ini bersama rekan-rekannya memang kerjaannya mengintai dan membuntuti orang seperti PNS, pejabat negara atau swasta dan dicari kesalahannya. Lalu diancam dan diperas," ujar SA yang tahu tentang modus kelompok PP dan MA ini.
SA membeberkan bahwa kelompok MA dan PP serta semua rekannya yang tinggal di Bekasi biasa disebut paparazzi, berdasarkan cara kerjanya ini.
"Mereka juga mengaku-ngaku wartawan. Semua wartawan tahulah apa yang disebut paparazzi itu, ya meras," katanya.
"Mereka terutama mengintai dulu pejabat atau yang dianggap bisa diperas, jika sasarannya berselingkuh atau main perempuan di hotel atau tempat hiburan, itu sasaran mereka akan memfotonya dengan ponsel," kata SA.
Kawanan ini katanya lalu akan memeras sasarannya itu. Jika tidak diberi akan mengancam bahwa semua yang dilakukannya akan dipublikasikan lengkap dengan foto-foto, atau diadukan ke keluarga.
SA mengaku sedikit banyak mengetahui bagaimana proses peristiwa penembakan di exit Tol Bintaro, dan sangat maklum jika polisi belum menjatuhi status tersangka ke Ipda OS.
"Sebab sangat mungkin Ipda OS membela diri atau membela masyarakat yang terancam keselamatannya," kata SA.
Menurut SA ia mendapat informasi semua proses peristiwa itu, dari salah satu rekannya yang juga pernah menjadi bagian kelompok paparazzi.
"Jadi mereka itu menguntit O yang diduga Stafsus DPRD sejak dari Hotel Kedaton, Sentul Bogor, jam 17.30, Jumat. Dari sana O yang mengendarai Ertiga hitam menuju Depok, dibuntuti dengan 3 mobil," katanya.
Sesampainya di Depok sekitar jam 19:00 WIB, melewati Kantor Polres Depok, Ertiga Hitam tersebut menurunkan seorang perempuan.
Baca Juga: Mercedes-Benz E200 W124 Kena Teror, Kaca Retak Ditembus Peluru, Tak Ada Barang Hilang
"Nah di sini, satu mobil mengejar perempuan itu dengan dalih wawancara dan dua mobil termasuk Daihatsu Ayla yang ditumpangi MA dan PP membuntuti Ertiga hitam," kata SA.
Hingga katanya sampailah mereka di exit tol Bintaro di Jl Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
"Di sana, informasi yang saya dapat MA atau PP sempat melakukan pemukulan ke O atau menggedor mobilnya. Mungkin karena itulah Ipda OS yang ada di sana rekan O, terpaksa melakukan pembelaan dengan menembak," katanya.
Upaya yang dilakukan Ipda OS katanya berhasil karena dua mobil yang membuntuti O kabur.
"Kenapa mereka gak minta tolong warga saat tertembak, aneh kan? Itu karena mereka memang sejak awal mau mencoba memeras dengan ancaman, tapi gak berhasil," katanya.
Belakangan diketahui MA dan PP mengalami luka tembak. Kemudian PP meninggal dunia.
Tubagus Ade Hidayat menjelaskan karena peristiwa penembakan ini melibatkan standar operasional prosedur (SOP) kepolisian, maka pihaknya bekerjasama dengan Bidang Propam Polda Metro Jaya dan Divisi Propam Mabes Polri.
Dari kedua satuan tersebut, Ipda OS akan diperiksa apakah ada kesalahan prosedur dalam penembakan itu.