Imbasnya dinilai kurang baik bagi para pengusaha dan konsumen.
"Makanya kami makin berat, konsumen juga otomatis terbebani walaupun mau enggak mau ya dibeli juga karena spare part sampai aksesori itu sudah kebutuhan," jelasnya.
Sementara Arif Bahrianto, Owner toko spare part DiddoT Jaya Motor (DJM) dari bursa otomotif Pandawa Auto Part di Depok, menyebut efek kenaikan PPN jadi 11 persen.
Kata Arif, berdampak langsung ke biaya pengeluaran modal belanja usahanya.
"Sekarang semua harga spare part naik, BBM juga ada yang naik," sebutnya, (13/4/22).
"Jadi ya kami harus penyesuian budget aja buat belanja barang-barang, padahal di awal tahun ini harga spare part sudah naik juga," tuturnya.
Lanjut, Arif bilang, dampak PPN naik jadi 11 persen membuat sebagian konsumen lebih pilih onderdil KW dibanding orisinal.
Karena harga part orisinal mungkin relatif mahal untuk kondisi saat ini.
Siregar, Owner toko spare part mobil Kurnia Motor di Pandawa Auto Part di Depok, mengatakan hal senada.
"Dengan naiknya PPN jadi 11 persen cukup memberatkan kami pengusaha yang sebenarnya juga konsumen karena kami kan belanja juga dari supplier," ujarnya.
Akan tetapi Siregar menilai, kondisi pasar suku cadang saat ini masih terbilang stabil seperti sebelum naiknya pajak tersebut.
Sebagai pengusaha, Ia juga tak punya pilihan lain selain berusaha dan berharap agar bisnisnya semakin baik ke depannya.
Baca Juga: Jangan Ngomelin Penjual, Kini Harga Ban Motor Terpaksa Dimahalkan Gara-gara Ini