Otomotifnet.com - Mobil injeksi memiliki tiga sensor krusial yang patut diwaspadai.
Sebab sekali error dikit, bakal jadi masalah bagi mesin.
Ini seperti dikatakan Anton Chairyawan, mekanik bengkel Pondok Bambu Motor Service.
"Karena sistem injeksi elektronik sudah diatur komputer, maka membutuhkan sensor untuk membaca berbagai hal," buka Anton yang bengkelnya di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
"Seperti pasokan bahan bakar dan udara, emisi hingga memantau kondisi mesin," jelas Anton.
Setidaknya ada 3 sensor penting yang butuh perawatan, diantaranya:
1. MAF Sensor
Mass Airflow Sensor (MAF) fungsinya mengukur jumlah dan kepadatan udara yang masuk ke dalam mesin.
ECU atau komputer mesin dapat menentukan debit BBM yang disemprotkan untuk mendapatkan rasio bahan bakar dan udara yang optimal.
Seiring usia, MAF sensor yang berada di atas boks filter udara yang mengarah ke throttle body ini bisa kotor akibat terkontaminasi kotoran yang masuk bersama udara.
Akibatnya, membuat kemampuan sensor dalam membaca jumlah udara, jadi berkurang.
Efek yang akan ditimbulkan, mesin bakal bekerja dengan campuran yang terlalu kurus.
Gejala Ini bisa bisa diketahui dari indikator check engine yang menyala.
Gejalanya yang umumya dialami yaitu mesin nyendat-nyendat, putaran idle kasar atau putaran mesin dapat tiba-tiba berubah (naik turun).
Kondisi MAF sensor kotor atau tidak optimal tidak langsung berdampak fatal.
Tapi jika tak cepat ditangani, bisa menyebabkan konsumsi BBM menjadi sangat boros.
Jika sensor ini hanya kotor, maka MAF sensor hanya perlu dibersihkan.
Namun jika sudah rusak, tak ada jalan lain selain mengganti MAF sensor.
"Sebaiknya scan total mesin, sebelum divonis mengganti MAF sensor agar kerusakannya dapat diketahui secara pasti," saran Anton.
2. Oxgen Sensor
Sensor oksigen (oxygen sensor) merupakan sensor yang berfungsi memantau emisi gas buang dan pembakaran di mesin dengan menghitung jumlah oksigen pada gas buang.
Jika bermasalah, akan membuat putaran mesin tersendat dan mudah mati.
Kerusakan pada sensor ini pun akan membuat lampu indikator check engine menyala.
Penyebab rusaknya oxygen sensor ini bervariasi, mulai penggunaan BBM tidak sesuai spesifikasi mesin.
Llau penggunaan aditif bahan bakar secara berlebihan hingga kabel sensor yang rusak akibat usia.
"Untuk mengetahuinya, bisa dicek menggunakan engine scanner atau gas analyzer," ujar Apau dari bengkel Advance Motor Sport di Arteri Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Jika rusak total, satu-satunya solusi dengan mengganti sensor oksigen.
3. TPS Sensor
Throttle Position Sensor (TPS) letaknya ada di throttle body.
Sensor ini berfungsi untuk memberikan data mengenai sudut bukaan throttle.
Semakin besar bukaan, semakin banyak pula udara yang masuk, sehingga debit bahan bakar pun perlu disesuaikan.
Lazimnya seiring pemakaian kendaraan, throttle body bisa saja kotor atau ditumpuki deposit pada bagian katup dan dinding bagian dalamnya.
Hal ini dapat mengganggu performa mesin, lantaran membuat pembacaan sensor TPS tidak akurat.
Ciri-cirinya, akselerasi mobil terasa loyo dan kadang-kadang tersendat.
Untuk mengusir kotoran tersebut, caranya cukup mudah.
Untuk mobil yang throttle body-nya memiliki mass airflow sensor, semprotkan cairan pembersih melalui lubang pemanasan klep.
Cairan ini akan ikut tersedot ke mulut throttle body, bersamaan dengan putaran mesin.
Sedangkan yang tidak memiliki airflow sensor, cukup lepas pipa karet yang menempel di mulut throttle body dengan mengendurkan baut klem yang mengikatnya.
Kemudian semprot bagian dalam throttle body dengan cairan pembersih, sambil menjaga mesin tetap menyala caranya mainkan pelatuk kabel gas.
Namun jika throttle position sensor ini rusak, wajib diganti.
Biasanya karena faktor usia mobil, terlebih yang telah berusia di atas 5 tahun.
Baca Juga: Karburator Enggak Zaman, Sulap Mesin 2F Toyota FJ40 Jadi Injeksi Pakai Kit Ini