Sementara setelah keluar terowongan tak banyak berpengaruh, karena selama hampir 24 jam tetap terang, tidak ada gelap.
Performa
Karakter mesin 1.000 cc 2 silinder segarisnya memang unik, dengan konsep crankshaft 270° paling terasa adalah torsi sangat badak sejak putaran bawah dan rata sampai atas, tapi redline rendah cuma di 7.500 rpm.
Karakter ini sangat nyaman buat turing, karena putaran mesin jarang tinggi. Lebih sering hanya main kisaran 3.000 rpm di kecepatan 125 km/jam.
Versi DCT (Dual Clutch Transmission) yang dipakai juga memberikan kenyamanan tersendiri saat turing. Tangan dan kaki kiri lebih rileks, tak perlu main kopling dan persneling.
Semua diatur sendiri dan canggihnya motor seakan bisa membaca gaya berkendara penunggangnya. Ketika pakai mode D dan jalan santai, maka transmisi akan dengan cepat dipindah ke gigi tinggi agar konsumsi bensin efisien.
Cuma kadang telat turun gigi. Tapi saat gas dibetot-betot, perpidahan akan berlangsung di rpm lebih tinggi.
Beda ketika dipindah ke mode S, perpindahan gigi pasti di putaran tinggi sehingga karakter berubah jadi agresif, termasuk engine brake-nya ketika akan masuk tikungan. Pintar banget persis seperti yang biasa kita lakukan pada motor bertransmisi manual.
Uniknya unit yang dipakai juga dikasih tuas persneling, ini merupakan opsional buat versi DCT. Tentu ditujukan untuk yang ingin tetap merasakan pindah gigi pakai kaki kiri.
Bagaimana responnya? Persis pindah gigi pakai kenop di setang kiri, ada jeda sekitar 0,5 detik dari saat kita tekan baru gigi berpindah.
Ah tapi tuas ini jarang disentuh, enakan dibiarkan otomatis. Toh sistemnya sudah pintar, hehee...
Oiya ketika etape terakhir saat dari Nordkapp kembali ke Alta, rute yang ditempuh tanpa batasan kecepatan karena di tengah padang luas. OTOMOTIF sempat coba top speed yang maksimalnya ternyata mentok 205 km/jam.
Konsumsi Bensin
Dua hari pertama OTOMOTIF sengaja berkendara pakai mode D, ternyata konsumsi bensin cukup irit, rata-rata 4,3 L/100 km atau 23,3 km/L. Lalu hari berikutnya sampai finish pakai mode S dan hasilnya rata-rata hanya 5,1 L/100 km atau 19,6 km/L. Bedanya cukup signifikan ya? Sejauh 3,7 km/L.
Hasil ini juga sangat beda dengan saat dipakai harian dan turing jarak pendek saat test ride di Indonesia, yang cuma dapat 13,3 km/L. Bedanya jauh banget ya? Maklum di Norwegia kondisi jalannya lancar tanpa kemacetan.
Data Tes
0-60 km/j: 2,5 detik
0-80 km/j: 3,3 detik
0-100 km/j: 4,3 detik
0-100 m: 5,6 detik (@123,5 km/j)
0-201 m: 8,3 detik (@147,4 km/j)
0-402 m: 12,8 detik (@168,6 km/j)
Top speed: 205 km/j
Konsumsi bensin: 23,3 km/L (D mode) 19,6 km/L (S mode)
Harga: Rp 499 juta (DCT) Rp 464 juta (manual)
Data Spesifikasi
Tipe mesin: Liquid cooled SOHC, 4 stroke, 4 valve per cylinder, parallel twin with 270° crank and uni cam
Kapasitas: 998 cc
Bore x stroke: 92 x 75,1 mm
Tenaga maksimal: 93,8 dk (70 kW)/7.500 rpm
Torsi maksimal: 98 Nm/6.000 rpm
Rasio kompresi: 10:1
Pasokan bahan bakar: PGM-FI
Tipe sasis: Steel Semi Double Cradle
Ukuran ban depan: 90/90 - 21 M/C 54 H Tube Type
Ukuran ban belakang: 150/70 R 18 M/C 70 H Tube Type
Kapasitas tangki: 18,8 liter
P x L x T: 2.335 x 930 x 1.475mm
Jarak sumbu roda: 1.575 mm
Jarak terendah: 250 mm
Tinggi jok: 850 mm (low), 870 mm (high)
Bobot: 232 Kg (ABS), 242 kg(DCT)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR