Norwegia - Mungkin Anda heran mengapa OTOMOTIF kembali mengulas test ride Honda CRF1000L Africa Twin, kan sudah pernah di artikel silam. Tentu ada sebabnya nih!
Kala itu test ride untuk harian dan turing jarak pendek. Nah kali ini dipakai di habitatnya Africa Twin, dikendarai jauh sekitar 3.500 km selama 8 hari.
Tepatnya saat OTOMOTIF ikut Honda Adventure Roads 2017 di Norwegia, rutenya dari Oslo menuju Nordkapp (26/6-3/7).
Tidak hanya jarak yang jauh, kondisi motor juga beda. Saat pakai unit dari PT Astra Honda Motor tanpa aksesori tambahan. Nah di Norwegia Africa Twin yang dipakai dilengkapi beragam aksesori penunjang perjalanan jauh.
Sebut saja 3 buah kotak penyimpanan, yaitu 2 panniers dan sebuah top box.
Africa Twin bernomor 28 dari 40 motor ini juga dilengkapi grip heater. Dan satu lagi ada tambahan tuas persneling, padahal versi yang dipakai OTOMOTIF DCT.
Nah buat apa dan bagaimana impresinya? Mari simak terus. Tim OTOMOTIF
Riding Position & Handling
Sebelum perjalanan, penyesuaian utama yang dilakukan pasti setel joknya. Pasang ke posisi rendah, biar saat berhenti kaki tidak kesusahan menapak, maklum buat OTOMOTIF yang berpostur 173 cm 63 kg, jika dipasang pada posisi tinggi 870 mm kaki jadi jinjit.
Dengan dipasang yang rendah hanya 850 mm, lumayan dong beda 2 cm, sangat membantu saat berhenti atau putar balik agar kaki menapak.
Maklum bobot Africa Twin tipe DCT ini mencapai 242 kg, itu belum ditambah boks dan isinya yang ketiganya selama perjalanan isinya penuh!
Dengan jok yang lebih rendah pula, posisi duduk jadi makin nyaman, karena badan jadi makin tegak. Makin nyaman karena pakai setang lebar dan tinggi.
Dengan setang ini, pengendalian roda depan juga terasa ringan, apalagi ukuran ban depannya kecil.
Untuk ukuran big bike 1.000 cc, ukuran ban 90/90-21 memang tergolong kecil, meski begitu ternyata masih mumpuni diajak rebah, tapi enggak sampai knee down ya, hehee...
Oiya motor yang dipakai OTOMOTIF pakai ban Dunlop Trailsmart, gripnya bagus baik di jalan kering maupun basah. Ketika melahap jalan semi off-road juga cukup baik gripnya.
Turing 8 hari dengan jarak perhari rata-rata lebih dari 400 km yang ditempuh sekitar 12 jam apakah tidak melelahkan? Lelah sih pasti, tapi yang ditawarkan Africa Twin mampu mengurangi rasa lelah tersebut.
Utamanya selain dari posisi duduk yang nyaman, juga dari jok dan suspensi yang empuk.
Jarak main suspensi Africa Twin panjang, jadi redaman di semua kondisi jalan sangat maksimal, makanya nyaman banget!
Depan pakai upside down 45 mm dengan jarak main 230 mm, sedang belakang monosok pro-link dengan jarak main 220 mm.
Satu lagi yang bikin nyaman selama perjalanan adalah handling-nya yang sangat nurut. Arah motor sangat mudah dikontrol, sehingga tidak melelahkan.
Padahal seperti tadi dibahas, bobotnya hampir 2,5 kuintal plus 3 buah boks yang terisi penuh barang bawaan loh!
Fitur
Kali ini bukan mengulas mengenai spidometer digital, lampu LED atau ABSnya, karena itu standarnya.
Tapi fokus fitur lain yang lebih penting kala turing di tanah Skandinavia yang dingin.
Norwegia ini negara yang terletak di Eropa sisi utara sudah dekat kutub, tentu saja suhunya dingin kendati sedang musim panas. Paling dingin kemarin menyentuh 3° C dengan kondisi serba membeku plus hujan salju.
Nah fitur grip heater yang merupakan fitur opsional sangat penting di sini. Saklarnya ada di grip sebelah kiri.
Saat diaktifkan indikator di spidometer akan menyala, dan ada 5 tingkat panas. Lumayan deh tangan jadi hangat, jadi bisa ngegas terus...
Ditambah ada handguard, cukup membantu melindungi tangan dari angin.
Windshield yang tinggi bawaan Africa Twin juga sangat penting saat turing, angin dingin jadi tidak langsung mengenai kepala dan badan.
Fungsi lain tentu menghalau kerikil dan binatang kecil, dan di Norwegia ini di beberapa wilayah sangat banyak lalat!
Oiya yang dipakai sudah dikasih engine guard plus lampu tambahan. Pancarannya sangat terpakai ketika memasuki terowonganyang memang banyak dijumpai di Norwegia.
Sementara setelah keluar terowongan tak banyak berpengaruh, karena selama hampir 24 jam tetap terang, tidak ada gelap.
Performa
Karakter mesin 1.000 cc 2 silinder segarisnya memang unik, dengan konsep crankshaft 270° paling terasa adalah torsi sangat badak sejak putaran bawah dan rata sampai atas, tapi redline rendah cuma di 7.500 rpm.
Karakter ini sangat nyaman buat turing, karena putaran mesin jarang tinggi. Lebih sering hanya main kisaran 3.000 rpm di kecepatan 125 km/jam.
Versi DCT (Dual Clutch Transmission) yang dipakai juga memberikan kenyamanan tersendiri saat turing. Tangan dan kaki kiri lebih rileks, tak perlu main kopling dan persneling.
Semua diatur sendiri dan canggihnya motor seakan bisa membaca gaya berkendara penunggangnya. Ketika pakai mode D dan jalan santai, maka transmisi akan dengan cepat dipindah ke gigi tinggi agar konsumsi bensin efisien.
Cuma kadang telat turun gigi. Tapi saat gas dibetot-betot, perpidahan akan berlangsung di rpm lebih tinggi.
Beda ketika dipindah ke mode S, perpindahan gigi pasti di putaran tinggi sehingga karakter berubah jadi agresif, termasuk engine brake-nya ketika akan masuk tikungan. Pintar banget persis seperti yang biasa kita lakukan pada motor bertransmisi manual.
Uniknya unit yang dipakai juga dikasih tuas persneling, ini merupakan opsional buat versi DCT. Tentu ditujukan untuk yang ingin tetap merasakan pindah gigi pakai kaki kiri.
Bagaimana responnya? Persis pindah gigi pakai kenop di setang kiri, ada jeda sekitar 0,5 detik dari saat kita tekan baru gigi berpindah.
Ah tapi tuas ini jarang disentuh, enakan dibiarkan otomatis. Toh sistemnya sudah pintar, hehee...
Oiya ketika etape terakhir saat dari Nordkapp kembali ke Alta, rute yang ditempuh tanpa batasan kecepatan karena di tengah padang luas. OTOMOTIF sempat coba top speed yang maksimalnya ternyata mentok 205 km/jam.
Konsumsi Bensin
Dua hari pertama OTOMOTIF sengaja berkendara pakai mode D, ternyata konsumsi bensin cukup irit, rata-rata 4,3 L/100 km atau 23,3 km/L. Lalu hari berikutnya sampai finish pakai mode S dan hasilnya rata-rata hanya 5,1 L/100 km atau 19,6 km/L. Bedanya cukup signifikan ya? Sejauh 3,7 km/L.
Hasil ini juga sangat beda dengan saat dipakai harian dan turing jarak pendek saat test ride di Indonesia, yang cuma dapat 13,3 km/L. Bedanya jauh banget ya? Maklum di Norwegia kondisi jalannya lancar tanpa kemacetan.
Data Tes
0-60 km/j: 2,5 detik
0-80 km/j: 3,3 detik
0-100 km/j: 4,3 detik
0-100 m: 5,6 detik (@123,5 km/j)
0-201 m: 8,3 detik (@147,4 km/j)
0-402 m: 12,8 detik (@168,6 km/j)
Top speed: 205 km/j
Konsumsi bensin: 23,3 km/L (D mode) 19,6 km/L (S mode)
Harga: Rp 499 juta (DCT) Rp 464 juta (manual)
Data Spesifikasi
Tipe mesin: Liquid cooled SOHC, 4 stroke, 4 valve per cylinder, parallel twin with 270° crank and uni cam
Kapasitas: 998 cc
Bore x stroke: 92 x 75,1 mm
Tenaga maksimal: 93,8 dk (70 kW)/7.500 rpm
Torsi maksimal: 98 Nm/6.000 rpm
Rasio kompresi: 10:1
Pasokan bahan bakar: PGM-FI
Tipe sasis: Steel Semi Double Cradle
Ukuran ban depan: 90/90 - 21 M/C 54 H Tube Type
Ukuran ban belakang: 150/70 R 18 M/C 70 H Tube Type
Kapasitas tangki: 18,8 liter
P x L x T: 2.335 x 930 x 1.475mm
Jarak sumbu roda: 1.575 mm
Jarak terendah: 250 mm
Tinggi jok: 850 mm (low), 870 mm (high)
Bobot: 232 Kg (ABS), 242 kg(DCT)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR