OTOMOTIFNET - Mengemudikan mobil bertransmisi otomatis memang lebih mudah dibanding mobil manual.
Agar pengalaman ini semakin sempurna, ada beberapa trik yang bisa diterapkan dalam pengoperasian matik agar berkendara jadi lebih aman
Banyak pengemudi pemula yang justru merasa kesulitan untuk mengoperasikan mobil bertransmisi otomatis. M
enurut mereka, lebih mudah mengemudikan mobil bertransmisi manual ketimbang otomatis.
Sebagian mengaku tidak mengerti pengoperasian maupun simbol-simbol yang ada.
Ada pula yang beranggapan dengan perpindahan gigi dilakukan secara manual, semua mekanisme tetap dalam kontrol pengemudi.
Hal-hal itulah yang menyebabkan mobil bertransmisi otomatis dianggap membuat canggung.
Pendapat ini ada benarnya.
Tapi sesungguhnya transmisi otomatis diciptakan untuk mengeliminasi beberapa kegiatan pengemudi di saat mengemudikan mobil.
Yakni pengemudi tak perlu lagi menekan pedal kopling dan memindahkan tuas transmisi.
Sehingga pengemudi semakin nyaman dan tidak lekas lelah, terlebih ketika menghadapi kemacetan.
Adaptasi memang menjadi kunci bagi pengemudi pemula.
Penguasaan pengoperasian transmisi otomatis itu sendiri memang penting.
Tapi ada beberapa trik pengoperasian transmisi otomatis yang bisa diterapkan agar lebih aman di jalan.
Tentu hal ini dilakukan sambil menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan situasi di jalan.
Menyalip
Ketika menyalip, Anda membutuhkan kecepatan yang lebih tinggi daripada mobil di depan.
Pada mobil bertransmisi otomatis, cara untuk memacu kendaraan lebih cepat bisa dilakukan dengan menginjak penuh pedal gas (kickdown) sehingga transmisi akan berpindah ke gigi lebih rendah.
Dalam kondisi ini Anda akan merasa terdorong akibat mobil berakselerasi.
Setelah posisi Anda melewati mobil yang disalip, di saat itulah Anda mulai mengendurkan tekanan pedal gas.
Yang terjadi berikutnya adalah secara otomatis transmisi akan memindahkan gigi ke tingkat lebih tinggi. Hal ini ditandai dengan munculnya dorongan kecil.
Pada kecepatan yang tidak tinggi, walau Anda telah melakukan kickdown, terkadang transmisi tidak berpindah ke gigi lebih rendah.
Nah, pada kondisi ini Anda dapat mengoperasikan tuas transmisi secara manual untuk mendapatkan akselerasi yang dibutuhkan saat menyalip.
Misalnya dengan memindahkan tuas dari posisi ‘D’ ke posisi ‘3’ atau ‘2’, atau dengan mematikan ¬overdrive (ditandai dengan menyalanya indikator “O/D OFF”).
Anda pun tidak perlu menekan penuh pedal gas. Besarnya tekanan pada pedal gas, disesuaikan dengan seberapa cepat akselerasi yang Anda inginkan.
Jalan menanjak
Sama halnya seperti ingin menyalip, mendaki jalan menanjak dapat dilakukan dengan kickdown maupun memindahkan tuas transmisi secara manual.
Soalnya Anda membutuhkan tenaga lebih besar agar mobil dapat menanjak.
Namun ketika cara kickdown tidak memindahkan gigi, maka cara manual tadi lebih efektif digunakan.
Sambil mengatur putaran mesin tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 3.000 rpm agar torsi mesin yang dibutuhkan tetap terjaga.
Anda dapat memindahkan tuas transmisi secara bertahap dari ‘D’ ke ‘3’, ‘2’, hingga ‘1’ atau L untuk tanjakan yang terjal. Jangan lupa untuk memantau posisi gigi pada panel instrumen.
Memanfaatkan momentum dari kendaraan yakni menggunakan kecepatan untuk menanjak juga bisa dilakukan.
Jadi Anda dapat menambah kecepatan mobil sebelum memasuki mulut tanjakan. Namun cara ini membutuhkan kewaspadaan tinggi, karena dengan kecepatan lebih tinggi risiko juga meningkat.
Cara ini bisa dilakukan pada kondisi jalan yang lengang sambil memantau kondisi permukaan jalan.
Jalan menurun
Selain menggunakan rem, pengendara membutuhkan engine brake untuk membantu mengurangi atau menjaga kecepatan di jalan menurun.
Sehingga beban untuk deselerasi tidak semuanya ditanggung oleh rem.
Beberapa mobil bertransmisi otomatis telah dilengkapi fitur yang dapat memindah gigi lebih rendah secara otomatis ketika bodi menukik di jalan menurun atau saat deselerasi.
Semisal fitur Grade Logic Control pada transmisi otomatis Honda. Fitur ini memudahkan pengemudi untuk mendapatkan efek engine brake tanpa perlu memindah tuas transmisi.
Sementara pada transmisi otomatis konvensional, Anda dapat memindah tuas secara manual ke posisi gigi yang lebih rendah.
Namun perhatikan tingkat putaran mesin. Penurunan gigi ini bisa dilakukan sekitar 3.000 rpm dan dengan cara bertahap.
Jika putaran mesin masih terlalu tinggi, Anda dapat menekan pedal rem lebih dulu.
Menikung
Agar aman, deselerasi selalu dilakukan sebelum mobil mencapai mulut tikungan.
Bisa menggunakan rem maupun memindah gigi lebih rendah. Sama seperti di jalan menurun, perpindahan gigi ini dilakukan dengan mencermati putaran mesin serta dilakukan secara bertahap.
Waspada gangguan
Mobil bertransmisi otomatis memang lebih nyaman untuk dikendarai. Tapi tetap ada potensi membahayakan yang bisa muncul.
Soalnya ada transmisi otomatis yang telah dilengkapi fitur safety dan ada pula yang tidak.
Beberapa transmisi otomatis yang tidak memiliki fitur safety, posisi tuas transmisinya bisa dipindahkan tanpa perlu menginjak pedal rem lebih dulu.
Malah ada pula yang tidak perlu menyalakan mesin. Cukup dengan memutar kunci ke posisi ignition, posisi tuas pun bisa dipindahkan.
Andaikan mobil diparkir di jalan menurun tanpa menggunakan rem parkir. Ketika anak Anda ingin mendengarkan radio di mobil dan ia bisa memutar kunci pada posisi ignition.
Dan tanpa sengaja tuas transmisi terdorong ke posisi ‘N’, maka mobil pun dapat menggelinding bebas.
Hal sama juga bisa terjadi ketika sedang berhenti sambil menunggu traffic light.
Ketika Anda tidak menggunakan rem parkir atau menginjak pedal rem, bisa terjadi tanpa sengaja anak Anda memindahkan tuas dari ‘N’ ke ‘D’ atau ‘R’.
Nah, kewaspadaan selalu dijaga baik sedang parkir maupun di jalan. Seperti tidak meninggalkan kunci di mobil walau ada penumpang di dalam.
Selalu menggunakan rem parkir ketika parkir. Serta menjaga mobil tetap berhenti ketika sedang menunggu traffic light.
Selain itu, Anda juga bisa memastikan apakah transmisi otomatis mobil Anda sudah dilengkapi pengaman yakni Brake Transmission Shift Interlock Device (BTSI) atau belum.
Coba beberapa langkah berikut ini.
1. Parkirlah mobil di jalan datar.
2. Gunakan rem parkir.
3. Pastikan tidak ada orang atau obyek di depan maupun belakang mobil Anda.
4. Coba pindahkan tuas transmisi tanpa menginjak pedal rem.
Lakukan langkah ini pada posisi kunci di off dan ignition.
Jika tuas bisa dipindahkan pada kunci di off, maka tidak ada pengaman.
Jika tuas bisa dipindahkan ketika kunci di ignition, maka pengaman transmisi mobil Anda tidak berfungsi pada posisi kunci itu.
Artinya, Anda akan tahu kalau mobil bisa menggelinding bila tuas berpindah ke ‘N’.
5. Hidupkan mesin mobil dan coba pindahkan tuas transmisi tanpa menginjak pedal rem.
Lakukan cara ini dengan hati-hati. Jika tuas bisa dipindahkan, maka transmisi tidak dilengkapi pengaman.
Melaju tanpa digas
Mayoritas mobil bertransmisi otomatis dapat melaju walau Anda tidak menekan pedal gas.
Namun berapa kecepatan yang dihasilkan bisa berbeda tiap mobil. Hal ini juga perlu diwaspadai pengemudi karena memiliki potensi membahayakan.
Kami pun mencari tahu seberapa impak yang dihasilkan pada kondisi jalan datar.
Kami pun mencari tahu seberapa besar impak yang dihasilkan pada lintasan lurus dan jalan yang datar.
Untuk mengetahuinya, kami menjalankan Toyota Vios A/T tanpa menekan pedal gas sambil menerapkan 2 kondisi yakni AC aktif dan tidak.
Untuk mengukur kecepatan maksimum yang dicapai kami menggunakan perangkat GPS.
Kecepatan maksimum yang dihasilkan dengan mengaktifkan AC adalah 8 km/jam (v).
Sementara kecepatan maksimum tanpa AC aktif adalah 6,5 km/jam.
Dengan dua kecepatan itu dan bobot kendaraan (m) 1.055 kg, berapa besar beban atau momentum yang diterima obyek ketika terjadi tumbukan?
Perhitungan momentum ketika tumbukan yang diterima obyek pada kecepatan 8 km/jam (2,2222 meter/detik) adalah:
M (momentum) = m (massa) x v (kecepatan/velocity)
= 1.055 kg x 2,2222 m/s
= 2.344,4 kg.m/s
Semakin besar massa kendaraan membuat momentumnya juga semakin besar.
Sebagai perbandingan, sebuah truk yang berbobot lebih berat mempunyai momentum lebih besar dibanding sedan yang bergerak dengan kecepatan yang sama.
Secara teoretis, pergerakan sedan dengan kecepatan itu relatif dapat mencederai orang dewasa.
Cedera bisa lebih parah jika obyek itu adalah anak kecil. Sementara pada kecepatan 6,5 km/jam, momentum yang diterima objek memang lebih kecil yakni 1.904,2 kg.m/s.
Tapi potensi cedera tetap ada karena obyek bisa terempas ke kap mesin atau terpental.
Selain di saat tumbukan, cedera juga disebabkan sesaat setelah tumbukan terjadi.
Jika respons pengendara tidak cepat untuk menginjak rem, obyek yang ditabrak pun bisa terseret di kolong mobil akibat mentransfer momentum tadi.
Jadi, walau hanya ingin berkendara santai dengan kecepatan rendah di lingkungan perumahan, waspada saat mengemudi tetap prioritas pertama.
Penulis: Ary Damarjati
Foto: Prasetya Yoga