Selepas makan siang, rute cross country ditempuh. Lewat area perkebunan dengan kondisi jalan sempit. Single trek dengan banyak kubangan dan tanah lembut seperti pasir, pastikan posisi badan condong ke belakang agar roda depat tidak mudah terperosok.
Gigi dua lebih banyak dipakai tapi tetap harus hati-hati karena perubahan kondisi tanah bisa sangat drastis dan lintasan yang sempit tertutup dahan pohon menghalangi pandangan. Beberapa yang tergelincir di sesi ini, terjadi karena kaget saat tiba-tiba terperosok ke dalam kubangan atau tumpukan pasir.
Buat BMW F800GS yang kami gunakan, trek di level 3 ini pastinya mudah saja dilalui. Mesin 798 cc-nya tidak menunjukan gejalan over heat meski dipaksa teriak pakai gigi rendah atau selip kopling berkali-kali.
Ketika terjatuh di tanah keras berbatu, setang pun enggak mudah bengkok. Hand guard dan engine crash bar berfungsi maksimal melindungi mesin dan bodi dari kerusakan saat crash.
Berbekal tenaga 85 dk dan torsi 83 Nm terasa pas diajak naik turun bukit terjal, pakai gigi dua saja masih bisa teriak naik. Sistem pengabutan bahan bakar injeksi berteknologi digital engine management (BMS-K+) juga enggak rewel, setelah terjatuh motor tetap mudah dihidupkan, pencet tombol starter langsung jreeeeng...!
Masalah tinggal kembali pada rider-nya, mampu atau tidak mengendalikan F800GS menaklukan medan off road level tiga. "Asal skill basik di level satu dan dua diterapkan pasti bisa, makin sering berlatih refleknya makin baik," yakin Bek.
Oiya, tim dari BMW Motorrad Indonesia - Maxindo Moto ini ternyata adalah orang Indonesia pertama yang bisa lolos sampai level tiga atau disebut dengan 'Enduro Course' di BMW Motorrad Enduro Park Thailand di Chiang Mai.
"Sebelumnya ada dari Indonesia, dari Borneo (Kalimantan) tapi hanya sampai level dua saja," tutur Dao dari BMW Motorrad Enduro Park Thailand. Wow, mantap! (Otomotifnet.com)