Memotong Kalimantan Lewat Jalur Dayak, Tiga Biker Temukan Banyak Hal Tak terduga

Iday - Selasa, 11 September 2018 | 14:00 WIB

Ekspedisi Memotong Kalimantan. Pose bersama putri kepala suku (Iday - )

D-Day ; Sabtu, 11 Agustus.

Pagi-pagi sekali ditinggalkan ibu kota provinsi Kalimantan Timur, yaitu Samarinda yang terletak di muara sungai Mahakam menuju Tenggarong.

Dan terus masuk ke pedalaman dengan target mencapai desa suku Dayak Banuaq di Tanjung Isuy yang letaknya berada di tepi danau Jempang yang menjadi habitat lumba-lumba air tawar alias Pesut.

Dulunya desa di hulu sungai Mahakam ini hanya bisa dicapai dengan perahu namun sekarang sudah ada jalan milik perkebunan kelapa sawit yang menghubungkan desa itu dengan Jalan Lintas Kalimantan Poros Tengah.

Kedatangan kami disambut hujan lebat yang baru pertama kali turun di musim kemarau tahun ini dan Ibu yang menjadi tetua di sana mengatakan SMOG adalah komunitas pengendara motor pertama yang berkunjung.

(BACA JUGA: Pemilik Honda CRF250 Rally Jangan Malu Ke Toko Spare Part Kawasaki, Filter Oli Cuma Rp 15 Ribuan)

Di desa ini terdapat rumah panjang yang disebut Rumah Lamin yang sejak tahun 1976 difungsikan untuk bermalam bagi wisatawan.

Dari buku tamu bisa di ketahui sebagian besar yang berkunjung justru warga negara asing dari Eropa dan Amerika.

Esoknya mengikuti jalan raya Lintas Kalimantan ke arah barat yang jalurnya menerobos pegunungan Meratus yang ditutupi hutan lebat sampai memasuki provinsi Kalimantan Kalimantan Tengah.

Di perbatasan ini tidak terdapat jaringan listrik bahkan sinyal telephone apalagi internet sulit didapat.

SMOG
Ekspedisi Memotong Kalimantan

Aspal mulus sekarang berubah menjadi berantakan bahkan beberapa ruasnya hancur sama sekali menyisakan serakan batu bekas pondasi dan gumpalan tanah.

Bisa dikatakan dari 400 kilometer jarak yang ditempuh hari ini separuhnya adalah jalur maksiat yang menyakitkan.

Kondisi ini masih diperparah dengan cuaca panas yang sangat ekstrem sehingga stamina kami cepat terkuras membuat perjalanan terasa berat.

Saat dipaksa mengejar target sementara kondisi fisik sudah kelelahan membuat beberapa kali tidak mampu lagi menghindari lubang.

(BACA JUGA: Manfaat Aplikasi Chain Lube Tank Di CRF250Rally, Enggak Capek Naik Turun Motor)

Di sini supermoto menunjukan superioritasnya karena rangka dan suspensi yang kokoh meyakinkan untuk menghajar satu demi satu lubang yang tak terhitung banyaknya meskipun laju motor antara 60-70 kilometer perjam.

Sorenya kami mencapai seberang Muara Enim di provinsi Kalimantan Tengah.

Namun tidak memasuki kota itu karena ada jalan pintas yang bisa menghemat jarak tempuh sampai 20 kilometer bila menyeberangi sungai Barito dengan perahu.

Sehabis magrib perjalanan dilanjutkan dan 3 jam kemudian sampai di Purukcahu setelah mengikuti jalan aspal hotmix yang mulus dan berkelak-kelok naik-turun menembus hutan yang gelap.

SMOG
Ekspedisi Memotong Kalimantan. Beristirahat di rumah Lamin